Apakah Moralitas Selalu Terkait Dengan Beragama Atau Tidaknya Seseorang ??

 


 

Sering kali saat seseorang lebih memilih tidak lagi mempercayai agama (agnostic) atau bahkan memilih tidak lagi bertuhan (atheist). Banyak orang di republik ini langsung mencap orang2 tersebut amoral, bejad, pemerkosa, cabul, penyuka sex bebas, hidup layaknya binatang ngewe sana sini, dan berbagai cap negatif lainnya.

Padahal klo kita melihat secara jernih dan objektif ada sangat banyak kasus amoral, pencabulan, pemerkosaan, bahkan pedophelia yg ironisnya justru di lakukan oleh para tokoh2 agama sendiri.

 

1.  Seperti kejadian baru2 di Jombang dimana ada tokoh agama dan pemilik pesantren terkenal yg akhirnya ketahuan melakukan pencabulan serta perkosaan kepada para santrinya (bahkan pacar anaknya pun disikat), dan ini bukan kasus pertama ada banyak ustad, ulama, maupun guru ngaji yg ketangkap melakukan pencabulan dan perkosaan sebelumnya.

 

2.  lalu kita juga menemui banyak pendeta maupun pastor yg justru melakukan pelecehan sex atau bahkan perkosaan kepada anak2 altar (pedophelia) yg bahkan membuat paus berkali2 minta maaf kepada dunia, dan dunia kristen protestan dan reformis dianggap sama aja dengan katolik karena kasus yg sama banyak terjadi juga di aliran kristen ini.

 

3.  Bahkan di kalangan umat buddha sendiri juga terdapat kasus para biksu2nya melakukan pencabulan dan pelecehan sexsual, padahal kan biksu harusnya mampu menahan hawa nafsunya.
Hal ini tentunya paradox dengan tuduhan kaum agamais yg selalu mengatakan kaum non-agamais amoral. Dan dari kejadian ini kita bisa melihat beragama atau gak beragama gak menjamin seseorang menjadi lebih bermoral karena orang baik akan tetap jadi orang baik terlepas dari dia beragama atau tidak, sebaliknya orang jahat akan tetap jadi orang jahat terlepas dari dia beragama atau tidak (bahkan mungkin lebih berbahaya orang jahat yg beragama karena mereka bisa menggunakan agama untuk memuluskan niat jahatnya)

 


Jadi pada akhirnya moral atau amoral ditentukan oleh manusianya sendiri bukan dari agama maupun gak-beragamanya.
Nah klo kalian beragument tingkah laku tokoh agama diatas tidak mencerminkan ajaran agamanya, maka hal yg sama pun berlaku kepada kaum gak beragama juga : dimana kelakuan gak baik kaum gak-beragama tentunya bukan cerminan atheist dan agnostic juga.

 

Lantas kenapa kita harus menimbang moralitas dengan agama dan gak-beragamanya ??

 

 

Ucapan Sukur Kita Itu Bisa Jadi Malah Seperti Mensukuri Orang Lain Yg Bernasib Naas

 


 

Teman ane yg beragama sering bertanya apakah kaum non-beliver (atheist, agnostic, freethinker, penyembah indomie, pemuja galon aqua, dll) pernah bersukur ??

 

Ane sendiri menjawabnya : tidak pernah bersukur

 

Dan biasanya teman2 ane yg beragama ini selalu beranggapan memang kaum non-beliver itu kaum sesat dan seburuk2nya mahluk karena tidak mau bersukur atau mensukuri nikmat tuhan. Bahkan ada teman ane dari agama ane terdahulu yg mengatakan pantes aja kaum non-beliver itu termasuk kafir karena tidak bisa bersukur
(bagi yg gak tau secara etimologi bahasa arab : kafir sendiri berasal dari kalimat kufr (kufur) yg artinya kaum yg menutup dirinya dari nikmat tuhan alias kaum yg tidak bersukur)

 


 

Tapi di sisi lain ane justru melihat pemahaman banyak kaum agamais terlalu dangkal dalam menyikapi masalah sukur ini sendiri. Karena sering kali ane lihat orang2 beragama itu bersukur karena dirinya lebih beruntung dari orang lain yg sial.

 

Seperti contohnya : 2 orang di gambar ini yg bersukur diri dan keluarganya selamat dari kecelakaan pesawat sriwijaya tadi, nah masalahnya apakah kedua orang ini memikirkan bagaimana perasaan keluarga 62 orang yg tidak selamat dari kecelakaan pesawat ini ?? apakah 2 orang ini merasa dirinya lebih disayangi tuhan karena udah di selamatkan tuhan ketimbang 62 orang lainnya ?? apakah “tuhan baik” cuman karena menyelamatkan 2 orang ini tapi membunuh 62 orang lainnya ??

 

hal ini sama juga seperti kita sering berdoa sukur udah di beri rezeki dengan makanan enak dan melimpah, di saat banyak orang lain kelaparan atau mengais2 sampah untuk makan. Atau kita bersukur masih punya rumah, mobil, motor, saat banyak orang lainnya hidup di kolong jembatan dan cuman bisa jalan kaki kesana kemari. Atau yg terbaru ini kita bersukur masih di beri kesehatan saat banyak orang lainnya sakit karena corona.

 


 

wujud sukur seperti ini ane rasa justru secara tersiratnya kita mensukuri orang2 yg nasibnya lebih gak beruntung dari kita alias kita mengolok2 mereka karena nasib mereka naas.

 

Nah oleh sebab hal itu ane sudah lama tidak lagi bersukur, karena menurut ane bersukur itu justru wujud penghinaan kepada sesama manusia lainnya yg nasibnya gak seberuntung kita. Ane sendiri lebih memilih berbuat real membantu orang (klo mampu dan klo mau) ketimbang berdoa sukur karena kehidupan ane lebih baik dari mereka.

 

 

Tuhan Mana Yg Benar ??

 

 


 

Saban kali ane menulis tentang sudut pandang non-believer yg berbeda dengan kaum agamais, selalu ada saja kaum agamais yg mengatakan “tunggu saja nanti di akhirat kelak kamu pasti akan masuk neraka” atau “kita buktikan saja di hari kiamat kelak kaum atheist akan di azab tuhan”

 

Mereka sangat-sangat-sangat yakin klo tuhan agamanya yg paling benar di dunia ini. Padahal klo kita baca sejarah dan antropologi budaya setidaknya ada sekitar 4.000 agama di dunia ini (4.200 an detailnya), dengan puluhan ribu pecahan sektenya.

 

Itu artinya setidaknya ada sekitar 4.000 tuhan yg di claim berbagai agama sebagai tuhan yg asli dan pencipta alam semesta ini, bahkan hindu sendiri saja memiliki ribuan tuhan dalam berbagai sektenya.

 

Nah klo kita percaya cuman satu tuhan dan tidak percaya 3.999 tuhan lainnya maka kemungkinan tebakan kita benar cuman sebesar 0.025% alias kurang dari 1% benar. Bahkan probabilitas togel maupun gacha game online yg kemungkinan beruntungnya dibawa 25% saja hokinya sangat-sangat susah, apalagi cuman 0.025% doang.

 

Jadi klo melihat hal ini sebenarnya kaum agamais dan kaum atheist tidak berbeda jauh, yaitu : Kaum agamais tidak percaya 3.999 tuhan dari 4.000 tuhan yg ada, sedangkan kaum atheist tidak percaya 4.000 tuhan yg ada, perbedaan kaum agamais dan atheist cuman 0.025% doang.

 

Jadi mungkin sebaiknya kaum agamais sebelum menakut2i kaum atheist akan azab tuhannya, harusnya kaum agamais bertanya dulu kepada dirinya sendiri apakah 1 tuhan yg dipilihnya udah benar dari 3.999 tuhan lainnya ?? 😁😁

 

 


Antara Taruhan Jadul Pascal Dan Logika Modern Simpson

 


 

Saat membahas tentang sudut pandang atheist dan kaum agamais kmrn, ada yg mengatakan kaum atheist itu bodoh, karena : “klo gak percaya tuhan sama sekali maka saat di akhirat tuhan beneran ada kaum atheist akan rugi dan masuk neraka, sebaliknya klo di akhirat tuhan tidak ada maka kaum agamais dan atheist gak mendapatkan apa2”

 

Sebenarnya pendapat diatas berasal dari argument filsafat lama abad ke 17 yg bernama “Pascal’s wager” (taruhan pascal) dimana Blaise Pascal seorang ilmuwan dan filsuf eropa terkenal pernah mengatakan (kurang lebih seperti ini) :

 

“jika keberadaan tuhan tidak dapat dapat diketahui, seseorang harus bertaruh bahwa tuhan itu ada, karena bila kita mempercayai tuhan ada maka saat tuhan beneran ada kita akan selamat, sebaliknya bila tuhan tidak ada maka kita tidak mendapatkan keburukan apapun. Sebaliknya bila kita bertaruh tidak mempercayai tuhan duluan saat tuhan tidak ada kita memang tidak akan mendapatkan keburukan apapun, tapi sebaliknya bila tuhan beneran ada maka kita akan celaka selamanya”

 


 

Dari segi logika sederhana abad ke 17 dulu logika Blaise Pascal ini ada benarnya. Tapi saat kita lebih menyelami detail doktrin masing2 agama justru logika Blaise Pascal ini akan bikin celaka loh klo tuhan beneran ada. Mungkin banyak yg bertanya2 kok bisa gitu ??

 

Jawabannya : Di masing2 agama (terutama agama2 besar seperti agama abrahamic itu), Tuhan digambarkan sangat pencemburu. dimana klo ente sampai salah memilih agama dan salah menyembah tuhan, justru ente akan di hukum sangat berat.

 

Contoh : klo ente percaya tuhan yg benar adalah tuhan bapak atau yahweh, tapi pas di akhirat tuhan yg benar adalah allah, ente bakalan di bakar di neraka abadi, sebaliknya juga begitu klo ente percaya allah atau siwa yg benar tapi pas di akhirat tuhan yg asli adalah yahweh ya nasib ente bakalan jadi kerak neraka juga.

 

Karena jelas hampir di semua kitab suci berbagai agama besar pasti melaknat dan menyumpahi kaum agamais lainnya sebagai kerak neraka karena udah salah pilih agama, salah menyembah tuhan, serta salah karena sudah membenci umat agama yg asli.

 

Sebaliknya atheist justru mungkin di maafkan tuhan yg asli karena : atheis tidak percaya semua tuhan dan tidak memilih semua agama. Jadi posisi atheist netral tidak memilih agama dan tuhan yg salah karena tidak tahu mana agama dan tuhan yg benar (alias abstain) dan abstain tentunya lebih baik dari salah pilih yeekan. 😂😂

 

 

Kitab Suci Kaum Agamais Dan Kitab Gak-Suci Kaum Gak-Beragama

 


 

Temen ane ada yg bertanya klo kaum Non-Believer (atheist, agnostic, gak beragama, dll) gak punya kitab suci, lantas dari mana panduan benar-salah dan moralitas mereka ??
Jawaban ane : Sebenarnya kaum non-believer memiliki kitab juga kok sebagai panduan untuk menentukan tindakan benar-salah dan moralitas mereka, hampir sama seperti kaum agamais juga, cuman ada bedanya yaitu :

 

1. Kitab kaum Non-Believer tidak suci, jadi bisa direvisi, dirubah, ditafsir ulang, bahkan dihapus klo udah gak cocok lagi dengan jaman.
2. Kitab kaum Non-Believer ada banyak, bukan hanya sebuah buku doang.
3. Kitab kaum Non-Believer berbeda2 di setiap negara dan daerah.

 


 

Nah kitab kaum Non-Believer itu biasanya bernama kitab undang2 dasar, kitab undang2 hukum pidana, kitab undang2 hukum perdata, kitab undang2 hukum agraria, kitab undang2 hukum dagang, dll atau biasa di singkat sebagai kitab hukum modern.

 

Nah kitab hukum inilah yg menjadi dasar penentuan tindakan benar-salah dan moralitas kaum Non-believer, karena kitab hukum ini adalah upaya logis (ikhtiar) manusia untuk membentuk tatanan masyarakat yg adil dan beradab melalui seperangkat aturan dan larangan, dimana bila aturan dan larangan ini dilanggar maka pelakunya pasti akan menderita karena akan langsung mendapatkan hukuman di dunia.

 

Jadi Kitab kaum Non-Believer ini memberikan hukuman real secara langsung, tidak menunggu azab dari tuhan atau di akherat kelak. Bahkan kitab ini tidak bisa ditawar atau dinego seperti klo tobat hukumannya otomatis hilang, dalam kitab hukum semua kesalahan harus mendapatkan hukuman yg setimpal. Jadi kitab ini berusaha semaksimal mungkin memberikan rasa keadilan yg real.

 


 

Sebenarnya secara antropologi budaya, kitab suci kaum agamais pada awalnya di bentuk dengan tujuan yg sama seperti kitab hukum modern saat ini, tapi karena di jaman perunggu dan besi dulu masih belum ada pengadilan, polisi, penjara, denda, dan berbagai lembaga hukum lainnya, maka di jaman itu metode untuk menghukum manusia yg berbuat salah sangat terbatas, paling cuman potong tangan dan hukuman mati doang, sedangkan cara untuk mencegah manusia berbuat jahat cuman dengan cara di takut2i dengan ancaman azab tuhan maupun di masukin neraka di akherat kelak.

 

Hal ini dijaman sekarang tidak lagi ampuh karena terbukti banyak orang beragama yg berbuat kejahatan padahal mereka 100% percaya adanya tuhan dan akherat kelak.

 

Nah oleh sebab itu kaum non-believer berpaling ke kitab gak suci yg bernama kitab hukum modern yg memberikan hukuman real dan lebih banyak dari kitab suci, karena problem manusia saat ini semakin kompleks jadi tentunya akan semakin banyak jenis hukuman untuk berbagai kejahatan, bukan hanya sebatas potong tangan atau potong leher doang.

 


 

Jadi singkatnya panduan benar-salah dan sebagian moralitas kaum non-beliver adalah sesuai dengan kitab hukum, klo kitab hukum mengatakan suatu hal salah maka hal itu salah, sebaliknya juga begitu. Tapi tentunya kitab hukum sendiri bukan sebuah kitab suci yg kaku yg gak boleh dirubah atau direvisi, sehingga suatu saat kelak sesuai perkembangan jaman dan peradaban manusia suatu hal yg hari ini dianggap salah mungkin dimasa depan dianggap hal yg lumrah dan bukan pelanggaran hukum lagi, sebaliknya juga begitu.

 

BTW: selain kitab hukum sebagian pandangan moralitas kaum non-believer juga berasal dari kitab lainnya yg bernama buku2 ilmu pengetahuan dan riset ilmiah. Tapi hal ini mungkin akan ane bahas di lain kesempatan.