Puasa Jaman Sebelum Islam Masuk Di Nusantara Kuno

Photo ini adalah relief puasa ngalong di candi Ceto, Karanganyar, Jawa Tengah.

Prolog : Teman ane yg overdosis beragama bilang : “klo non-muslim pasti gak kenal yg namanya puasa”. Argument konyolnya itu ane tertawakan habis2an karena ada banyak kesalahannya antara lain :


1.  Bahkan kata “Puasa” sendiri etimologi bahasanya saja berasal dari kata “Poso” / “Pasa” / “Topo” dalam bahasa Sanskerta nusantara kuno yang secara harfiah berarti “pengekangan”, yg bisa meliputi pengekangan fisik, nafsu, maupun hasrat.

Atau kalimat “Upavasa” bahasa Sanskrit Weda yg berarti Upa = Dekat, dan Vasa = Hidup, yg kalo diartikan adalah “hidup dekat dengan tuhan” (kutipan dari prof Sumanto Al Qurtuby)

Kalimat Puasa sendiri bukan dari bahasa arab, klo puasa dalam bahasa Arabnya sendiri adalah “Saum” dan kalimat shaum ini jarang digunakan secara umum di Indonesia.

 


2.  Sebenarnya jauh sebelum islam masuk kenusantara, orang2 nusantara kuno udah mengenal berbagai jenis puasa antara lain : Tapa (puasa dengan berdiam diri tidak melakukan apapun termasuk makan minum dan bergerak), Puasa Patigeni (puasa tidak makan dan minum serta mengunci diri), Puasa Mutih (puasa makan nasi dan air putih doang), Puasa Ngrowot (puasa yg cuman makan buah doang), Puasa Kungkum (puasa dengan cara berendam di air tanpa makan minum), Topo Ngalong (puasa bergelantungan di pohon gak menyentuh tanah dan gak makan minum), dll

 


3.  Bahkan dalam kitab Ramayana ada istilah Pasa Brata (Tapa Brata) adalah perilaku puasa untuk melawan kedurjanaan dalam jiwa dengan cara pengekangan keinginan dan nafsu seperti mengekang nafsu makan, tidur, dan birahi.

 

Lalu dalam kitab Kakawin Arjunawiwaha juga ada sejenis puasa atau tapa untuk mengekang nafsu birahi, karena di ceritakan dalam kitab Kakawin Arjunawiwaha Arjuna melakukan tapa di Gunung Indrakila demi bisa membantu saudaranya Yudhistira merebut kerajaannya kembali tapi untuk berhasil dalam tapa dan puasanya itu Arjuna harus bisa menahan godaan bidadari tercantik yg bernama Suprabha dan Tilotama, nantinya puasa atau tapa jenis ini sering digunakan oleh para raja2 besar nusantara kuno agar bisa mengendalikan nafsu birahinya sendiri agar tidak membuat kacau kerajaannya cuman karena bujuk rayu wanita.

 

Selain itu dalam sejarah terkenal Gajahmada juga pernah bersumpah Palapa (Amukti-Palapa) dimana banyak sejarawan dan arkeolog mengartikan klo Amukti-Palapa itu adalah nazar atau sumpah Gajahmada tidak akan makan nasi dengan lauk, garam, sayur, atau perasa lainnya sebelum menyatukan Majapahit jadi kerajaan besar. Nah sumpah Gajahmada ini kemungkinan puasa mutih alias makan nasi doang. Hal ini karena dijaman dulu ada nama puasa yg bernama puasa “Ngalapa” alias puasa mutih yg cuman makan nasi doang, nah kemungkinan serapan bahasa sumpah Amukti-palapa Gajahmada itu berasal dari kalimat Ngalapa.

 

Bahkan dalam ajaran Hindu Nusantara kuno ada yg namanya Caturasrama yaitu 4 langkah sebelum bisa moksa sepenuhnya ada tinkatan puasanya untuk menahan nafsu makan, amarah, serta birahi.

 


Jadi bisa dilihat sebenarnya bahasa dan konsep puasa bukan hanya berasal dari Islam di arab sana, jaman Nusantara kuno leluhur kita pun udah mengenal konsep yg sama, walaupun tujuan akhirnya berbeda dimana dalam Islam puasa untuk menuju surga sedangkan dalam keyakinan Nusantara kuno puasa adalah jalan untuk pengendalian diri dan pencerahan spiritual.
Jadi klo ada yg mengatakan orang non-muslim gak mengenal puasa seperti kata teman ane diatas, cukup tertawakan saja karena mereka termasuk orang2 yg bahlul murakkab (bodoh banget)

 


Credit source : Historia.id, Arkeolog dan sejarawan : Slamet Muljana, Dwi Cahyono

5 Pandangan Dunia Islam Dalam Menyikapi Aksi Terorisme

 


 

Dalam menyikapi aksi terorisme dunia Islam sebenarnya terbelah menjadi 5 pandangan dari pandangan yg dewasa sampai pandangan yg nauzubileh konyolnya. Nah kelima pandangan itu antara lain adalah :

 


 

1.  Di mulai dari pandangan paling dewasa dan sesuai fakta bahwa aksi2 terorisme Islam itu memang terkait dengan dalil dan ayat2 dalam kitab suci Islam sendiri. Hal itu juga sesuai sejarah Islam sendiri yg memang sering diwarnai perang dan pertikaian sejak masa nabi Muhammad, masa sahabat, sampai masa para khalifah2.
Narasi perang dan kekerasan ini bisa kita temui di berbagai ayat, hadis, dalil, sirah, maupun sejarah islam sendiri yg merupakan inspirasi dan justifikasi (pembenaran) oleh para fundamentalis islam untuk melakukan aksi2 terorisme.

 

Itu sebabnya bagi kalangan intelektual islam maupun ustad yg memiliki pengetahuan dan pendidikan sejarah Islam secara mendalam (seperti cendekiawan islam liberal macam Ulil Abashar Abdalah, Ahmad Sahal, sampai Ustad wahabi macam Khalid Basalamah) mereka tidak akan membantah klo memang dalam islam sendiri ada ayat, hadis, dalil, dan sejarah kekerasan ini.

 

 


 

2.  Mengakui terorisme memang ada dalam dunia Islam, tapi beranggapan terorisme berasal dari kalangan islam selain mereka, yg mereka anggap sesat atau aliran Islam lain yg mereka anggap fundamentalis. Biasanya berbagai mazhab dan berbagai organisasi Islam saling tuding kelompok lainnya lah yg teroris sedangkan kelompok mereka adalah islam yg damai.

 

Yg paling umum adalah kelompok Aswaja menuding kelompok Wahabi dan Salafi sebagai teroris, atau kelompok Wahabi menuding kelompok Syiah sebagai teroris, atau kelompok ormas pesantren menuding kelompok islam tranasional teroris, atau kelompok islam tranasional menuding kelompok islam sufi sebagai teroris, atau kelompok liga arab menuding hizbullah teroris dan sebaliknya kelompok bulan sabit syiah menuding isis dan alqaeda adalah teroris.

 

Pokoknya mereka saling tuding kelompok islam lainnya teroris sedangkan kelompok mereka islam damai bukan teroris.

 

 


 

3.  Yg ketiga adalah pandangan mulai denial dan memposisikan dunia Islam sebagai pihak yg terzholimi sehingga aksi terorisme dianggap sebagai wujud dari perlawanan terhadap ketidakadilan dan kezholiman yg membuat mereka miskin dan bodoh.

 

Orang2 yg biasanya mendukung pemikiran ini adalah para politikus yg walaupun tahu aksi terorisme itu salah, tapi mereka tetap berusaha mendapatkan simpati dari kalangan dunia islam dengan melogikakan serangan terorisme itu seperti perjuangan dan protes dunia islam melawan ketidakadilan dan kesenjangan sosial.

 

Padahal klo kita lihat fakta banyak terorisme itu gak miskin2 amir seperti Osama bin laden, Dr Azahari, Dr Ayman al-Zawahiri, prof Abu Bakr al-Baghdadi, dll mereka itu bukan orang miskin dan bodoh.

 

 


 

4.  Pandangan denial sepenuhnya yg mencoba mengaburkan tindakan terorisme itu sebagai aksi rekayasa aparat sendiri dan konspirasi global untuk menjelek2an dan menyerang dunia Islam.
Biasanya yg memiliki pandangan semacam ini justru tokoh2 yg terkait dengan aksi terorisme lansung seperti ustad Abu bakar baasyir yg jelas2 udah terkait aksi terorisme di Indonesia sejak dekade 80an dulu bersama sohibnya Abdullah sungkar.

 

Mereka berusaha menciptakan ketidakpercayaan orang2 islam terhadap aparat hukum dan membangun teori konspirasi untuk menakut2i orang2 islam sehingga membenci dan mau sukarela menyerang aparat, institusi neara sendiri, dan negara lainnya karena dianggap musuh Islam.

 

Pandangan jenis ini justru berusaha menyuburkan dan melanggengkan aksi terorisme demi agenda politik dan ideologi mereka sendiri dengan metode spin opini dan argentum ad nausem (kebohongan yg berusaha dijadikan kebenaran).

 

 


 

5.  Pandangan denial yg paling absurd dan paling nauzubileh konyolnya dari semua pandangan diatas karena berusaha mati2an mengatakan terorisme tidak berasal dari dunia islam atau bahkan mengatakan teroris gak beragama alias kaum atheis sekalian.

 

Pandangan ini biasanya dianut oleh orang2 tua, elit politik, dan tokoh agama yg terguncang tidak bisa menerima fakta klo agama yg diyakininya selama ini bisa melahirkan para teroris2 bengis, atau untuk menjaga dukungan politik mereka tidak berkurang karena bila mengakui terorisme berasal dari orang2 dunia islam mereka bisa dibenci orang2 Islam walaupun hal itu memang kenyataan pahit yg tidak terbantahkan.

 

Pandangan kelima ini lama kelamaan semakin membosankan dan tidak akan dipercaya lagi oleh orang2 yg memiliki intelektualitas tinggi maupun para generasi muda yg cerdas2 karena seakan2 dunia islam lepas tanggun jawab terkait aksi terorisme yg jelas2 pelakunya barasal dari orang2 islam sendiri, sehingga sering kali muncul perlawanan seperti olok2an, satir, sarkasme, karikartur, dan trollan kepada orang2 tua, politikus, dan tokoh agama yg terguncang dan munafik ini.

 

 

 

 

 

Penampilan Religius Bukan Jaminan Orang Baik

 


 

Di republik ini seringkali di streotipekan dan dipropagandakan klo ada pemuda tatooan atau wanita yg penampilannya terbuka (seksi) udah pasti dianggap orang gak bener, sebaliknya klo ada orang yg bersorban dan wanita berhijab lansung dianggap orang baik bahkan klo sampai fasih bicara dalil lansung auto dianggap ustad dan ustadzah.

 

Bahkan streotipe ini juga sampai terbawa ke sinetron, film2, dan chanel youtube lokal dimana selalu di identikan orang yg bersorban dan wanita berhijab adalah sosok sangat baik dan penyabar, sebaliknya sosok pria bertatoo maupun wanita gak berhijab udah pasti jadi tokoh jahatnya seperti preman, orang jahat, pelakor, pelacur, sampai ibu tiri yg jahat setengah mati.

 

Pokoknya di cerita2 sinetron, film2, dan chanel youtube lokal selalu mencitrakan orang2 dengan penampilan religius (terutama islam) itu udah pasti orang baik dan mulia.

 


 

Padahal realitas realnya klo kita lihat para teroris dan jihadis yg tega membunuh orang lain dengan kejam itu justru berpenampilan sangat religius. Kita kan gak pernah lihat ada cowok tatooan atau cewek pake pakaian seksi yg tiba2 ngebom orang yg lagi ibadah, sebaliknya ada sangat banyak kasus pelaku pengeboman dan aksi2 teroris lainnya berpenampilan sangat religius.

 

Bahkan contoh yg lebih ironis ane sering baca pemuda2 tatooan macam Young Lex, Reza arab, atau wanita muda seksi macam Awakarin, atau Nikita Mirzani, itu justru jiwa sosialnya sangat tinggi. Sebaliknya para pemuda dan wanita yg berpenampilan religius justru banyak yg jadi jihadis dan bomber bunuh diri yg berusaha membunuh orang lain cuman karena berbeda keyakinan dengan mereka doang.

 

Dari hal ini kita bisa menarik kesimpulan jelas pakaian dan penampilan bukan ukuran seseoran baik atau jahat. Ukuran baik dan jahat sepenuhnya di tentukan oleh perbuatan real, bukan ditentukan oleh tatoo, pakaian seksi, jilbab, burqa, sorban, dll

 

 

Dewasalah, Mengatakan Teroris Tidak Beragama Itu Gak Bakal Menyelesaikan Masalah Terorisme

 


 

Saban kali ada kejadian bom bunuh diri dan aksi terorisme lainnya, para generasi tua, para alim ulama, sampai para politikus baik kubu oposisi maupun kubu penguasa, beramai2 mengatakan aksi terorisme itu tidak ada kaitannya dengan agama (terutama Islam), atau yg lebih konyol lagi mengatakan aksi terorisme ini dilakukan oleh orang2 gak beragama alias atheis.

 

Denial semacam ini sebenarnya justru jadi tertawaan generasi muda dan kaum intelektual, karena jelas kita semua tahu klo para teroris yg mengebom gereja itu adalah orang2 beragama Islam yg sangat yakin klo membunuh non-muslim (terutama kristen) adalah jalan Jihad mereka untuk masuk surga.

 


 

Denial dan ngeles semacam ini sebenarnya wujud ketakutan dan ketidaksukaan banyak orang islam terutama kalangan generasi tua, para alim ulama, maupun para politikus, klo agama yg diyakininanya sejak kecil terlihat buruk dan keji karena aksi para teroris itu.

 

1.  Tapi permasalahannya sekarang ketakutan dan ketidaksukaan orang islam klo sampai agamanya di stigma negatif itu tidak sebanding dengan nyawa yg melayang atau cacat permanen yg dialami para korban terorisme itu sendiri. Karena jelas ketakutan dan ketidaksukaan itu cuman masalah perasaan yg terluka doang, sebaliknya para korban terorisme dari agama lain itu yg terluka malah fisik dan phisikologisnya secara real bukan hanya perasaan doang.

 

2.  Dan terlebih lagi denial dan ngeles mengatakan teroris tidak beragama maupun teroris tidak ada kaitannya dengan Islam, justru semakin membuat dunia islam tidak bisa melakukan intropeksi dan koreksi sendiri terkait ada hal yg salah dalam doktrin dan dogma di dalam islam sendiri. Hal ini logikanya seperti saat ente sakit parah tapi dengan pedenya mengaku sehat wal afiat, hal itu tentunya gak akan menyembuhkan dirimu sendiri yg ada justru membuat penyakit elu tambah parah.

 

3.  Dan yg terakhir klo denial dan ngeles ini terus2an di lakukan orang2 dunia islam hal ini justru akan semakin membuat orang2 kehilangan kepercayaan kepada dunia Islam sendiri atau bahkan lebih buruk lagi justru membuat dunia islam menjadi bahan troll dan olok2an sejarah dan orang2 seluruh dunia karena membantah fakta real dengan denial gak jelas.

 

 

Kisah Farkhunda Malikzada, Wanita Malang Yg Dituduh Penista Agama di Afganistan


 

Kisah guru Prancis “Samuel Paty” yg di gorok fundamentalis islam karena di tuduh menghina nabi Muhammad kmrn, mengingatkan ane akan kasus “Farkhunda Malikzada” seorang wanita malang yg dibunuh dengan keji oleh masyarakat Afganistan cuman lantaran fitnah dan tuduhan sepihak juga.

 


 

Kasus Farkhunda Malikzada berawal saat dia lagi berjalan menuju mesjid tempat dia biasa mengajar, di tengah jalan konon dia menemukan potongan kertas lalu dia buang ke pembakaran sampah. Kejadian ini di lihat oleh salah satu ulama fundamentalis afganistan, yg kemudian menuduh Farkhunda Malikzada membakar alquran. Farkhunda Malikzada sendiri mengatakan dia seorang muslim & tidak membakar alquran hanya potongan kertas biasa. Lama kelamaan perdebatan ini menjadi sengit dan akhirnya ulama ini meneriaki Farkhunda Malikzada membakar alquran dan hal ini memancing banyak orang berdatangan, masa yg berdatangan semakin banyak dan tidak terbendung lagi dan tanpa proses klarifikasi atau penyelidikan masa yg terbakar emosinya mendengar ada wanita membakar alquran langsung beramai2 menghakimi Farkhunda Malikzada.

 

Penghakiman ke Farkhunda Malikzada semakin menjadi2 setelah banyak orang berteriak2 mengatakan Farkhunda Malikzada adalah bukan muslim tapi kafir dan antek amerika yg menghina islam dengan membakar alquran. Di tengah penghakiman orang banyak yg kalap ini Farkhunda Malikzada menangis sejadi2nya klo dia bukan kafir & bukan antek asing, tapi masa yg sudah sangat beringas tidak mau mendengarkan pembelaanya, bahkan polisi yg berada di lokasi itu membiarkan saja kejadian itu. Farkhunda Malikzada di pukuli dengan menggunakan kayu, besi, dan batu sampai tidak bisa berdiri lagi, dan tidak hanya sampai di situ tubuh Farkhunda Malikzada yg sudah lemah tidak bisa berdiri lagi karena di gebukin oleh masa malah di lindas dengan mobil, dan yg paling tragis Farkhunda Malikzada yg tengah sekarat ini, tubuhnya di seret kepinggir sungai dan di bakar hidup2 di sana yg membuatnya meninggal dunia seketika.

 

Akibat kasus ini hampir semua lembaga kemanusian dunia bereaksi keras dan mengecam habis2an kelakuan masyarakat afganistan yg barbar main hakim sendiri, tapi masyarakat afganistan sendiri berkeras mengatakan itu hukuman yg pantas bagi orang yg membakar alquran.

 

Masyarakat afganistan sendiri mirip seperti pakistan, mereka adalah masyarakat miskin dengan tingkat pendidikan yg memprihatinkan tapi sangat fanatik dalam beragama, sehingga bagi mereka hukuman mati bagi orang yg menghina apalagi membakar kitab suci mereka sangat pantas di lakukan, dan sudah sesuai dengan hukum penistaan agama afganistan juga yg membolehkan hukuman mati bagi orang2 yg dianggap meninsta agama terutama agama islam.

 

Tapi nantinya karena tekanan kuat lembaga kemanusian dan HAM dunia, pemerintah afganistan akhirnya membentuk komisi penyelidikan khusus untuk mengusut kasus penghakiman Farkhunda Malikzada ini, dan tragisnya setelah di lakukan penyelidikan intensive selama berbulan2 di ketahui ternyata memang yg di bakar Farkhunda Malikzada memang bukan alquran tapi sebuah potongan surat kabar yg bertuliskan bahasa arab.

 


 

Di bawah ini adalah link video dimana Farkhunda Malikzada di hakimi dan di bakar sampai mati oleh masa, cuman karena tuduhan palsu membakar alquran (warning ini video DP bagi yg gak kuat mental jangan menontonnnya) :

https://www.youtube.com/watch?v=jHrI4Qjhmyc
https://www.nytimes.com/video/world/asia/100000004108808/the-killing-of-farkhunda.html

 

jadi bisa di lihatkan ada atau tidaknya hukum penistaan agama, kaum fundamentalis tetep saja akan berbuat keji dan brutal klo merasa agamanya dinistakan, walaupun itu cuman sebuah fitnah, hoax, dan tuduhan tidak berdasar.

 


 

Sumber referensi dari berbagai sumber bukan hanya media barat saja tapi media dari dunia islam juga, biar gak ada orang tolol yg beragument perstiwa Farkhunda ini cuman propaganda media barat untuk menjelek2an islam:

https://www.aljazeera.com/features/2016/3/18/afghanistan-farkhunda-will-not-be-forgotten
https://www.aljazeera.com/news/2015/3/22/afghan-women-carry-body-of-lynched-woman-to-burial
https://www.bbc.com/news/magazine-33810338
https://www.nytimes.com/video/world/asia/100000004108808/the-killing-of-farkhunda.html
https://www.liveleak.com/view?i=804_1485727500
https://www.rferl.org/a/afghanistan-women-brutally-beaten-affair/29015213.html

https://www.tribunnews.com/internasional/2015/03/24/tudingan-bakar-al-quran-tak-terbukti-wanita-ini-telah-tewas-digebuki-dan-diberangus-massa
https://www.republika.co.id/berita/internasional/global/15/05/09/no2io0-kasus-farkhunda-jangan-sampai-terulang-kembali

https://en.wikipedia.org/wiki/Murder_of_Farkhunda_Malikzada
https://en.wikipedia.org/wiki/Blasphemy_law_in_Afghanistan