Dari Evolusi, Karma, Sampai Kasus Ahok

 


Melihat banyak orang yg terkait kasus Ahok dulu mengalami kesialan bahkan sampai banyak yg masuk penjara dan meninggal dunia, dalam beberapa tahun belakangan ini.

 

Mulai dari salah satu hakim kasus ahok meninggal, lalu 1 jaksa penuntunya meninggal karena sakit, di susul jaksa penuntut lainnya meninggal karena kecelakaan pesawat lion air, lalu salah satu pelapor kasus penistaan agama ahok juga meninggal, bahkan gubernur tandingan Ahok babang Fahrurozi juga meninggal karena covid bebapa saat lalu, kemudian di susul daftar lainnya ada ustad kondang Arifin Ilham, ustad Maher, ulama Tengku Zulkarnaen, sampai politikus Haji lulung juga meninggal, sedangkan yg masih hidup seperti Bibib Fetamburan, Munarman, Jonru, Bun yani, dll masuk penjara semua.

 

Semua hal ini pasti akan membuat banyak orang mengaitkan apakah ini karma karena menzholimi Ahok dulu ?? bahkan narasi karma ini semakin kuat, sampai ada yg beraggapan ini beneran kutukan Ahok dulu, karena kebetulan sebelum Ahok di jebloskan kepenjara dia ada memberikan statement pembelaan (pledoi) di pengadilan yg sangat kuat yg berbunyi : “Percayalah sebagai penutup, kalau Anda menzalimi saya, yang Anda lawan adalah Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Esa. Saya akan buktikan, satu persatu dipermalukan. Terima kasih”

 


 

Nah pemikiran adanya karma atau kutukan seperti ini wajar terjadi dalam berbagai sejarah dunia. Karena kita manusia memiliki otak yg dirancang untuk mencari pattern atau pola suatu peristiwa.

 

Pencarian pola atau pattern suatu peristiwa semacam ini adalah hasil dari evolusi otak spesies homo sapiens (alias manusia), karena dulu leluhur kita mampu bertahan tidak ikut punah seperti homo Neaderethal karena bisa menemukan pola atau pattern suatu peristiwa penting di alam ini.

 

Pattern atau pola peristiwa penting itu adalah “konstelasi bintang”, dimana dengan menghapal dan mengingat siklus kemunculan beberapa konstelasi bintang yg unik di langit, leluhur manusia dulu bisa meramalkan kapan datangnya musim dingin, musim kemarau, musim semi, dll. Sehingga leluhur manusia dulu bisa menyimpan bahan makanan saat musim dingin, menyimpan air saat musim kemarau, dan bertani maupun berburu saat musim semi. Kemampuan ini sangat vital karena dengan mengetahui siklus iklim dan musim di bumi leluhur manusia bisa bertahan lama, sedangkan spesies lainnya justru punah.

 

Kemampuan membaca Pattern atau pola peristiwa ini nantinya di turunkan dari generasi kegenerasi manusia sampai generasi kita hari ini. Itu sebabnya manusia selalu mencari pola jawaban dari suatu peristiwa. Termasuk juga peristiwa dalam kehidupan sosial maupun keagamaannya.

 

Nah dari sinilah nantinya terbentuk yg namanya pandangan hukum karma, sunnatullah, hukum tabur tuai, hukum sebab akibat, dll, dimana manusia cenderung mencari jawaban atas suatu peristiwa baik berupa jawaban yg logis maupun gak logis.

 

Jadi wajar dalam berbagai kepercayaan ada orang yg percaya hukum Karma atau percaya sumpah dan kutukan. Karena di tengah ketidakpastian di alam semesta ini manusia cenderung mencari suatu pola tersembunyi yg bisa mereka pastikan demi menenangkan jiwannya.

 

Pencarian pola dan pattern seperti karma, sunatullah, maupun hukum sebab akibat ini ada sisi positifnya yaitu bisa menjadi hal baik, seperti memotivasi manusia agar tidak berbuat buruk atau jahat karena mereka bisa menuai hasil yg buruk dan jahat juga.

 

Tapi di sisi lain hal ini bisa menjadi hal buruk karena manusia cenderung mengaitkan semua hal (walaupun sebenarnya gak terkait dan gak ada bukti kongkritnya) sehingga menjadi teori cocoklogi maupun teori konspirasi.

 


Jadi akhir kata mau kalian percaya masalah kutukan atau karma Ahok itu benar atau tidak itu bukan suatu hal yg penting, karena di sisi lain pendukung bibib fetamburan juga percaya klo semeru meleduk kemaren gara2 bibib di penjara (sampai pake acara ngibarin bendera muka bibib di tempat bekas letusan gunung semeru segala).

 

Yg lebih penting daripada kasus Ahok dulu adalah jangan sampai lagi ada ketidakadilan dan tuduhan penistaan agama cuman gara2 politik, karena hal itu jelas menimbulkan akibat maupun karma buruk yg bisa dinalar dengan logika yaitu : membuat investor kabur dan ogah masuk ke Indonesia karena beranggapan republik ini sama primitifnya dengan Afganistan maupun Pakistan, kaburnya investor ini jelas akan menyebabkan republik ini tertinggal, miskin, dan gak bakal maju.