Ucapan Sukur Kita Itu Bisa Jadi Malah Seperti Mensukuri Orang Lain Yg Bernasib Naas

 


 

Teman ane yg beragama sering bertanya apakah kaum non-beliver (atheist, agnostic, freethinker, penyembah indomie, pemuja galon aqua, dll) pernah bersukur ??

 

Ane sendiri menjawabnya : tidak pernah bersukur

 

Dan biasanya teman2 ane yg beragama ini selalu beranggapan memang kaum non-beliver itu kaum sesat dan seburuk2nya mahluk karena tidak mau bersukur atau mensukuri nikmat tuhan. Bahkan ada teman ane dari agama ane terdahulu yg mengatakan pantes aja kaum non-beliver itu termasuk kafir karena tidak bisa bersukur
(bagi yg gak tau secara etimologi bahasa arab : kafir sendiri berasal dari kalimat kufr (kufur) yg artinya kaum yg menutup dirinya dari nikmat tuhan alias kaum yg tidak bersukur)

 


 

Tapi di sisi lain ane justru melihat pemahaman banyak kaum agamais terlalu dangkal dalam menyikapi masalah sukur ini sendiri. Karena sering kali ane lihat orang2 beragama itu bersukur karena dirinya lebih beruntung dari orang lain yg sial.

 

Seperti contohnya : 2 orang di gambar ini yg bersukur diri dan keluarganya selamat dari kecelakaan pesawat sriwijaya tadi, nah masalahnya apakah kedua orang ini memikirkan bagaimana perasaan keluarga 62 orang yg tidak selamat dari kecelakaan pesawat ini ?? apakah 2 orang ini merasa dirinya lebih disayangi tuhan karena udah di selamatkan tuhan ketimbang 62 orang lainnya ?? apakah “tuhan baik” cuman karena menyelamatkan 2 orang ini tapi membunuh 62 orang lainnya ??

 

hal ini sama juga seperti kita sering berdoa sukur udah di beri rezeki dengan makanan enak dan melimpah, di saat banyak orang lain kelaparan atau mengais2 sampah untuk makan. Atau kita bersukur masih punya rumah, mobil, motor, saat banyak orang lainnya hidup di kolong jembatan dan cuman bisa jalan kaki kesana kemari. Atau yg terbaru ini kita bersukur masih di beri kesehatan saat banyak orang lainnya sakit karena corona.

 


 

wujud sukur seperti ini ane rasa justru secara tersiratnya kita mensukuri orang2 yg nasibnya lebih gak beruntung dari kita alias kita mengolok2 mereka karena nasib mereka naas.

 

Nah oleh sebab hal itu ane sudah lama tidak lagi bersukur, karena menurut ane bersukur itu justru wujud penghinaan kepada sesama manusia lainnya yg nasibnya gak seberuntung kita. Ane sendiri lebih memilih berbuat real membantu orang (klo mampu dan klo mau) ketimbang berdoa sukur karena kehidupan ane lebih baik dari mereka.