Banjir Bukanlah Karena Hujan, Bukan Juga Karena Azab Tuhan, Tapi Karena Keserakahan

 


 

Presiden Joko Widodo mengatakan penyebab banjir di Kalsel adalah karena Curah Hujan yg tinggi serta meluapnya DAS (daerah aliran sungai) Barito.

 

Hal itu sebagian benar tapi sebagian lainnya menutupi fakta klo penyebab banjir besar Kalsel yg belrum pernah terjadi sepanjang 50 tahun terakhir ini adalah karena rusaknya hutan di sepanjang DAS (daerah aliran sungai) Barito.

 

 

Kerusakan DAS (daerah aliran sungai) Barito ini sendiri di sebabkan oleh penggundulan hutan baik untuk keperluan pertambangan dan untuk perkebunan sawit. Padahal hutan skunder maupun primer di sepanjang DAS (daerah aliran sungai) Barito ini adalah penyangga agar air hujan tidak meluap seluruhnya ke sungai Barito, karena walaupun sungai Barito itu adalah sungai terbesar di Indonesia, tapi tetep saja sungai Barito itu memiliki daya tampung maksimalnya sekitar 230 – 300 juta meter kubik, tapi begitu kena hujan selama 10 hari dan tanpa hutan penyangga di sekitar aliran DAS (daerah aliran sungai) Barito ini maka sungai ini pasti luber karena air yg turun bisa mencapai 1 – 2 milyar meter kubik. Dan hasilnya jackpot 10 kabupaten dan ibukota propensi Banjarmasin langsung kerendam banjir.

 

 

Sebenarnya masalah kerusakan hutan di sekitar DAS (daerah aliran sungai) Barito ini sudah terjadi lama, bahkan saat ane masih jadi mapala dan sering nongki2 di WALHI hal ini udah sering kali jadi bahan perdebatan dan pembahasan dengan DPRD dan Pemda Kalsel. Tapi kayaknya hal ini tidak terlalu di perdulikan elite politik kita bahkan kerusakan hutan sekitar DAS (daerah aliran sungai) Barito ini semakin menjadi2 karena perubahan prioritas kebijakan di Kalsel sendiri dari yg awalnya industru perKayuan, menjadi Pertambangan Batubara kemudian menjadi perkebunan Sawit lagi.

 

Nah bagi yg pernah belajar tentang analisa lingkungan dan management ekosistem pasti paham umumnya daerah perkebunan Sawit itu selalu rentan terjadi banjir serta tidak ramah lingkungan karena menghancurkan hutan dan membuat banyak binatang endemik suatu daerah punah karena kehilangan ekosistemnya.

 

 

Tapi ironisnya hari ini pemerintah Jokowi justru mempropagandakan sawit itu baik, bahkan sering kali di citrakan industri sawit indonesia itu sebagai industri yg heroik “NKRI price die” karena melawan dominasi eropa yg melarang produk sawit masuk kenegaranya, atau menggunakan sentimen anti-asing-mamarika yg membandingkan industri sawit indonesia dengan industri kedelai amerika.

 

Hari ini semua orang yg berbicara sumbang mengkritik industri sawit selalu di labelin pro-eropa, pro-amerika, membuat masyarakat miskin, penghianat, atau tidak nasionalis. Padahal sangat jelas kita lihat industri sawit di Indonesia ini menyebabkan banyak masalah bagi masyarakat daerah sekitar perkebunan tersebut mulai dari banjir, kebakaran hutan, sampai konflik sosial rebutan lahan maupun kesenjangan sosial, sebaliknya para pemilik perkebunan tersebut di pusat maupun di pulau2 jawa semakin tajir melintir saja jauh dari ancaman banjir dan konflik sosial di daerah. Salah satu contoh realnya : klo kalian ingat beberapa waktu lalu ada berita crazy rich yg menikahkan anaknya dengan pesta gila2an bagaikan pesta pernikahan ala raja2 nah itu adalah para pemilik perkebunan sawit di kalimantan.

 

Secara pribadi ane percaya bencana ini bukan karena azab atau ujian tuhan maupun dewa2 lampau, tapi karena kesalahan kita sendiri yg menghancurkan alam demi ekonomi.

 

Pada akhirnya saat pohon terakhir di tebang dan sungai terakhir mengering kita akan paham tidak akan bisa membeli kehidupan dengan uang sebanyak apapun.

 


 

Sumber :  https://nasional.tempo.co/read/1424444

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55696841

https://www.merdeka.com/peristiwa/klhk-sejak-1990

https://kumparan.com/kumparannews/1-47-juta-hektar

https://www.suara.com/news/2019/09/17/151534/

https://www.benarnews.org/indonesian/berita/

 

Credit comic : https://www.facebook.com/GumpnHell/

 

Proses Pendewasaan Demokrasi Di Indonesia Ini Memang Keras

 


 

Hari ini kita melihat akhirnya gerbong terakhir kubu oposisi jaman pemilu dulu yaitu Sandiaga Salahuddin Uno akhirnya masuk kedalam kabinet Presiden Joko Widodo bersama juga dengan masuknya gus Yaqut Cholil Qoumas sebagai refresentatif NU generasi muda yg sering mengkritik pemerintah.

 

Pada akhirnya semua kekuatan oposisi dan oligarki lebur menjadi satu dalam rezim Jokowi. Hal ini bisa dimaknai dengan 3 sudut pandang yaitu :

 


 

1.  Sudut pandang sinis : yg berpandangan “jadi selama ini buat apa membela Jokowi dan Prabowo mati2an, sampai melibatkan emosi pribadi yg membuat retak hubungan saudara, pertemanan, keluarga, bahkan ada yg sampai bunuh2an segala, klo toh pada akhirnya semua ujung2nya berteman juga ?? ”

 

Yg memiliki sudut pandang semacam ini adalah pendukung Presiden Joko Widodo maupun Prabowo Subianto, yg masih memiliki akal sehat tapi kecewa berat. Mereka mungkin saat ini menyesal banget karena dulu sudah membela matia2n Jokowi dan Prabowo sampai merusak hubungan pribadi. Bahkan mungkin ada yg pensiun main medsos karena gak kuat melihat kenyataan pahit ini 😂😂

 


 

2.  Sudut pandang fanatik mampus : yg berpandangan hal ini “pasti langkah catur super cerdas Jokowi untuk menunjukan kepada rakyat Indonesia gimana jadinya klo clan cendana seperti Prabowo dan Sandiaga uno di kasih kekuasaan, mereka pasti korupsi dan menindas rakyat”

 

Yg memiliki sudut pandang semacam ini adalah pendukung fanatik Jokowi yg akal sehatnya udah gak ada lagi, gara2 kebanyakan baca bualan langkah catur grandmaster planet namec Denny Siregar atau portal media : Jokowi selalu benar Seword.com. Pokoknya bagi mereka apapun tindakan Jokowi pasti benar karena dimata mereka Jokowi itu udah sebangsa juru selamat yg gak pernah salah dan maksum (suci dari dosa).

 


 

3.  Sudut pandang pendewasaan demokrasi : yg berpandangan hal ini “merupakan proses pendewasaan demokrasi di Indonesia, agar orang2 Indonesia tidak lagi melihat pertarungan politik secara naif dan hitam putih doang. Seakan2 pertarungan Jokowi vs Prabowo dulu adalah pertarungan antara Nasionalis vs Islamis, antara Pancasila vs Khilafah, antara Kebenaran vs Kejahatan, Antara yg Bathil vs yg Hak. antara PKI vs Ulama, dll. Itu semua sebenarnya cuman delusi politik yg di ciptakan para buzzer dan propaganda politik yg diciptakan para spindokter think-tank kedua kubu. Tapi pada akhirnya saat kedua kubu melebur bagi2 kekuasaan isu2 persteruan diatas seakan2 lenyap semua kan ??”

 

Nah yg memiliki sudut pandang semacam ini biasanya adalah golongan Golput, kaum apatis yg udah gak peduli lagi masalah politik2an di indonesia, maupun orang2 yg ngerti politik yg mampu berfikir objektif tidak terpengaruh dengan narasi yg diciptakan para buzzer dan spindokter kedua kubu.

 


 

Tapi peleburan kedua kubu ini sendiri walaupun menjengkelkan banyak pendukung Jokowi maupun Prabowo, tapi langkah ini sebenarnya patut dihargai untuk merangkai kembali bingkai persatuan republik ini yg pernah retak karena kita terpecah-belah cuman gegara dukung Jokowi dan Prabowo doang.

 

Pada akhirnya selamat bekerja untuk Presiden Joko Widodo, Prabowo Subianto, Sandiaga Salahuddin Uno, dan Yai maaruf Amin, walaupun gara2 ambisi kekuasaan kalian udah banyak rakyat indonesia yg baku hantam tanpa mendapatkan apa2.

Jokowi Lantang Mengkritik Macron Terkait Intoleransi, Tapi Justru Lupa Intoleransi Di Indonesia Sangat Parah

 


 

1.  Dulu saat kasus Ahok beliau malah ikut aksi 212 bersama sang Imam besar fetamburan city. Kata pendukungnya itu “langkah catur” agar kasus Ahok tidak bisa di pakai untuk menjegal beliau menjabat.

 

2.  Saat kasus Meliana beliau juga diam walaupun terjadi ketimpangan hukum. Kata pendukungnya itu “langkah catur” agar kasus Meliana tidak bisa di pakai kadroen dan kamvret untuk menjegal dirinya nyapres dan ngotot presiden gak bisa mencampuri hukum.

 

3.  Saat kasus rasisme dan kerusuhan di Papua beliau juga diam dan malah memadamkan Internet di papua demi alasan stabilitas. Kata pendukungnya itu “langkah catur” agar kasus Papua tidak di pakai Australia untuk menyerang beliau sambil menuduh pengacara HAM papua antek asing.

 

4.  Saat kasus penggusuran gereja di berbagai tempat terjadi beliau juga diam dan tidak berbuat apa2. Kata pendukungnya itu “langkah catur” agar proses pembangunan infrastruktur tidak diganggu kadroen dan kamvret.


5.  Saat kasus pelanggaran HAM berat dan berbagai kasus intoleransi lainnya di tuntut berbagai pihak (seperti aksi kamisan dan pengungsi SYiah) untuk segera di selesaikan karena itu janji beliau dulu beliau tetap diam. Kata pendukungnya itu “langkah catur” harus sabar biar isu itu tidak di pakai kubu Cendana dan Prabowo untuk menjegal beliau.

 

6.  Sampai terjadi kasus pembunuhan pendeta di Papua beliau juga diam. Kata pendukungnya itu “langkah catur” untuk mengetahui aktor intelektual OPM di papua.

 

7.  Lalus kasus kepulangan imam besar fetamburan city beliau juga diam bahkan terkesan membiarkan imam besar ceramah barbar seperti biasanya, yg ribut cuman team hore dan bawahannya doang. Kata pendukungnya itu “langkah catur” agar pilkada berjalan aman.

 

8.  Sampai kasus pembunuhan di Sigi kmrn terjadi pun beliau tetap diam. Dan lagi2 Kata pendukungnya itu “langkah catur” agar tidak terpancing dengan kasus imam besar yg lari dari rumah sakit.

 

 


 

 

Tapi lucunya giliran kasus di Prancis sana beliau begitu cepat merespon dan dengan gagah perkasa mengecam presiden Emmanuel Macron yg berusaha menjaga konstitusi dan keamanan warganya sendiri dari rongrongan imigran asing gak tau diri, sebagai tindakan intoleransi. Lalu kiai KH. Ma’ruf Amin dengan pedenya juga mengclaim dunia lirik toleransi umat islam Indonesia.

 

Sebenarnya mereka berdua ini mungkin menjadi tertawaan dunia, karena faktanya sangat jelas pelanggaran Intoleransi di jaman Jokowi ini sangat tinggi mulai masalah gereja, pura, wihara, klenteng, dll yg di larang, tidak diberi ijin, atau di bakar sekalian itu udah berita sehari2. Bahkan yg terakhir ini justru para teroris islam membunuhi orang kristen dengan keji di Sigi, Sulteng.

 

Harusnya Jokowi bertindak tegas memberantas kelompok2 fundamentalis maupun teroris islam, sedangkan kiai maaruf amin yg merupakan simbol NU dan MUI yg dianggap islam moderat harusnya menggunakan pengaruhnya dalam dunia islam untuk mengurangi kaum islam radikal yg sering melakukan kekerasan.

 

Tapi yg terjadi justru seakan2 Jokowi membiarkan semua hal itu dan sama sekali tidak bicara menentang aksi kekerasan bermotif agama tersebut, bahkan kiai Maaruf amin justru penggagas gerakan 212 yg menumbangkan Ahok dulu dengan dalih penisantaan agama.

 

Tapi lucunya klo hal ini di kritik justru banyak pendukung Jokowi dan kiai Maaruf yg ngamok2, bahkan sebagian besar pendukung Jokowi dan kiai Maaruf itu justru kalangan minoritas non-muslim yg percaya “langkah catur” jokowi bahkan ada yg menyamakan Jokowi sebangsa Yesus segala. Padahal kritik masalah kasus intoleransi ini penting agar republik ini gak jatuh menjadi negara teokrasi atau negara terkebelakang seperti afganistan, somalia, suriah, libya, pakistan, dll yg terlalu mabuk beragama.

 

Entah ini langkah catur model apa ??? tapi ane rasa yg bisa mengerti langkah catur super cerdas yg gak pernah skakmat ini cuman Presiden Joko Widodo dan jubir medsosnya Denny Siregar doang.

 

 

 

Kenapa Teori Langkah Catur Jokowi Gak Pernah Skakmat ??


Beberapa teman kubu pendukung Jokowi diehard (cevong) dan BuzzeRp ada yg mengatakan klo pembiaran Rizieq adalah :

 

1.  langkah catur ultra cerdas Jokowi yg ingin memukul aktor intelektual di belakang Rizieq (bahkan sampai bawa2 strategi Tsun-Zhu segala).

 

2.  Lalu ada juga yg bikin teori Jokowi serba salah bila menindak Rizieq, maka di takutkan masa pendukungnya akan berbuat rusuh sehingga perlu langkah catur super cerdas untuk membungkam Rizieq.

 

3.  Lalu ada yg berpendapat pembiaran Rizieq adalah strategi catur super genius Jokowi untuk menjebak Anies Baswedan agar bisa di turunkan jadi gubernur Jakarta karena gak becus mencegah Rizieq bikin acara besar2an yg melanggar protokol Covid-19.

 

4.  Lalu ada juga yg berteori pembiaran Rizieq langkah catur super canggih Jokowi untuk menggulung para pejabat dan aparatur negara yg pro FPI dan Rizieq termasuk katanya kapolda Jakarta dan Jabar. dll

 


 

Nah masalahnya teori langkah catur super cerdas jokowi yg nauzubileh jlimetnya sehingga susah di pahami manusia biasa seperti teori2 diatas, yg sering di suarakan cevong dan para buzzer Istana itu memiliki banyak kelemahan (klo gak mau di bilang kekonyolan), contohnya :

 

1.  Dari jaman gerakan 212 dulu dikatakan pembiaran Rizieq untuk mengungkap aktor intelektual dibelakangnya (semacam teori Tsun-Zhu “Pukul semaknya, maka ularnya akan keluar”), padahal kita semua tahu yg dekat dengan Rizieq itu adalah Prabowo, SBY, dan Cendana. Tapi sejak rizieq kabur ke arab sampai pulang sekarang gak ada tuh satupun geng Prabowo, SBY, dan Cendana yg ditangkap pemerintah Jokowi, yg ada malah Prabowo diajakin join.

 

2.  Teori Pembiaran Rizieq karena takut pendukungnya bikin rusuh, hal ini justru menunjukan Jokowi itu lebih lemah dari SBY. Karena di jaman SBY Rizieq pernah 2x di jeblosin kepenjara dan tidak terjadi apa2 tuh, bahkan SBY bisa menjabat 2x sebagai presiden dengan mulus.

 

3.  Pembiaran Rizieq untuk menjebak Anies baswedan agar diberhentikan jadi gubernur, teori itu juga konyol, karena walaupun kmrn Anies sempat di panggil polisi Anies bisa dengan mudah membela diri karena urusan pemberian ijin Rizieq mendarat di Indonesia serta ruang lingkup objek vital negara seperti bandara Soeta dan Cengkareng adalah kewenangan pemerintah pusat, selain itu dalam acara hajatan Rizieq yg berlangsung besar2an itu bukankah yg kasih bantuan masker dan hand sanitizer justru Doni Monardo ketua gugus tugas Covid-19 yg jelas orang pusat bukan orang pemprov DKI. Sedangkan pemprov DKI justru mendenda Rizieq 50 juta karena melanggar aturan penanganan Covid-19 bukannya ngasih bantuan kayak pemerintah pusat.

 

4.  lalu teori pembiaran Rizieq di framing seakan2 sebagai langkah bersih2 pemerintah Jokowi untuk menggulung para pejabat dan aparatur negara yg pro FPI dan Rizieq (kadroen) itu juga konyol, karena jelas beberapa hari sebelum kapolda Jakarta dan Jabar serta jajarannya di copot, Mahfud MD justru memerintahkan aparat hukum (polisi) jangan mencari2 kesalahan Rizieq agar tidak gaduh, lalu Mahfud MD juga membolehkan penjemputan Rizieq, bahkan saat jelas2 masa penjemput Rizieq bikin rusak fasum Soeta tetap aja hal itu dimaklumi.

 

Jadi sejak awal kepulangan Rizieq memang udah di restui pemerintah Jokowi sendiri bukan karena faktor ada pejabat kepolisin yg kadroen atau karena ada bantuan Anies baswedan yg kewenangannya cuman seputaran jakarta bukan nasional.

 


 

Nah baru2 ini kemudian muncul lagi aksi demo penolakan FPI dan Rizieq di beberapa tempat, lalu muncul juga sosok celeb Nikita Mirzani yg berani konfrontasi terbuka di media dengan Rizieq dan Maher, lalu beredar juga video aparat TNI mencopoti baliho Rizieq tidak beberapa lama setelah panglima TNI dan panglima 4 matra TNI konfrensi pers untuk menjaga kedaulatan RI.

 

Semua hal ini terlihat seperti konflik yg di management, mirip seperti managament konflik ala rezim ORBA 1.0 (ORde BAru) dulu yg menggunakan isu PKI untuk menakut2i orang tua kita agar selalu memilih Suharto lagi biar PKI tidak bangkit lagi. Klo sekarang ORBA 2.0 (ORang BAik) isunya kebangkitan kaum fundamentalis Islam dan Khilafah macam ISIS sehingga kita2 sekarang berfikirnya harus memilih Jokowi dan partai Nasionalis lagi, biar indonesia tidak jadi Indonistan.

 

Mungkin ada yg bertanya kok management konflik ORBA 1.0 dan ORBA 2.0 hampir sama ?? ya karena purnawirawan jendral2 di lingkaran dalam Jokowi adalah jendral2 yg sama yg dulu juga berada di lingkaran dalam Suharto.

 

Itu sebabnya teori langkah catur Jokowi gak akan pernah skakmat (walaupun sering di bualkan para buzzer dan pendukung jokowi sendiri) karena sebenarnya hal ini cuman management konflik masyarakat luas demi kepentingan politik dan kekuasaan kaum oligarki.

Darimana Kekuatan Habib Rizieq Berasal ??

 


Masih tentang Habib Rizieq kali ini ane akan membahas kenapa Habib Rizieq bisa punya massa besar, lets cekidot.

 

Mungkin banyak diantara kita benci setengah mati dengan Habib Rizieq, sebaliknya banyak juga yg fanatik setengah mati dengan Habib Rizieq. Hal ini lumrah karena Habib Rizieq memang seorang tokoh kontraversial banget di republik ini, gak ada istilah tengah2 untuk menilai Habib Rizieq, orang cuman bisa memilih benci mampus dengan dirinya atau sayang banget dengan dirinya gak bisa B aja (kecuali emang gak ngerti politik sama sekali)

 


 

1. Tapi harus di akui Habib Rizieq seorang orator ulung walaupun bagi sebagian orang bacodannya barbar abies, tapi masalahnya bacodan semacam itu di sukai banyak orang indonesia, sama seperti bacodan sampah Ahok juga.

 

Bedanya bacodan bibib lebih di sukai kelas menengah bawah yg didominasi orang islam yg cenderung konservatif dan kurang terdidik, sebaliknya bacodan Ahok lebih di sukai kelas menengah atas yg lebih didominasi oleh kaum sekuler dan orang islam yg cenderung moderat dan liberal yg terdidik baik.

 


 

2. Tapi selain masalah bacod barbar Habib Rizieq bersama ormas FPI mampu memobilisasi kalangan kelas bawah dimana sering kali ormas FPI itu duluan muncul kasih bantuan kepada masyarakat yg terkena bencana alam atau membela masyarakat kelas bawah yg biasanya gak berani melawan pengusaha bisnis remang2 (seperti prostitusi dan miras) yg biasanya di lindungi oleh preman dan oknum aparat yg korup. Nah kehadiran Habib Rizieq bersama FPI ini dianggap sebagai pembela dan juru selamat kaum islam kelas bawah yg biasanya lambat ditangani pemerintah klo ada bencana atau justru malah di acuhkan keluhannya karena adanya pengaruh dari preman kuat dan aparat korup yg kongkalingkong dengan pengusaha bisnis remang2 tersebut.

 

Jokowi pun sebenarnya dulu menggunakan taktik pencitraan yg sama seperti merangkaul kelas bawah dan mau turun kegorong2 saat akan nyalon jadi walkot Solo, gubernur DKI, sampai nyalon presiden dulu. Itu sebebnya pendukung Jokowi jaman dulu sangat fanatik dan sangat besar bahkan sampai mampu menghantarkannya jadi presiden RI, tapi masalahnya saat udah terpilih jadi RI 1 Jokowi tidak lagi terlihat turun kebawa, bahkan terkadang membiarkan kaum non-muslim kelas bawah atau kaum marjinal yg sebenarnya salah satu pendukung fanatiknya tetap teraniaya.

 

Padahal gak banyak tokoh nasional yg mampu menggalang kekuatan masa kelas bawah ini, klo di jaman modern ini Gusdur, Jokowi, dan Habib Rizieq termasuk yg berhasil, sayang Gusdur sudah meninggal, sedangkan jokowi tidak melanjutkan penggalangan ini karena tujuannya untuk menjadi RI 1 selama 2 priode sudah terwujud, sedangkan bibib terus istiqomah menggalang hal ini karena merupakan oposisi abadi yg membuat masanya semakin fanatik dari hari-kehari.

 


 

Nah dari 2 gambaran diatas kita bisa melihat klo kekuatan masa Habib Rizieq sendiri berasal dari kalangan islam kelas bawah yg kurang terdidik yg lebih suka mendengarkan orasi barbar tapi lugas ketimbang penjelasan jlimet politik, selain itu kalangan islam kelas bawah ini merasa dibela dan terwakili semua uneg2nya oleh bibib karena selama ini mereka selalu di marjinalkan kaum oligarki nasionalis.

 

Masalahnya sekarang secara demografi kalangan islam kelas bawah ini jumlahnya jauh lebih besar dari kalangan atas, maupun kalangan menengah, dan kaum islam terdidik. Itu sebabnya bibib memiliki masa fanatik yg luar biasa banyaknya dari kalangan islam kelas bawah ini.

 

Bahkan masa Habib Rizieq ini menjadi berkali-kali lipat jumlahnya saat Habib Rizieq berhasil mengexploitasi kebencian terkait ras cina dan agama kristen (xenophobia lampau bangsa Indonesia) terkait kasus Ahok dulu. Karena Habib Rizieq berhasil memposisikan dirinya sebagai arab muslim yg menolong pribumi dari cengkraman taipan cina kristen seperti Ahok. Itu sebabnya saat aksi demo togel berjilid2 itu Habib Rizieq sukses memobilisasi masa yg sangat besar bahkan mungkin sampai jutaan orang klo ditotal semuannya.

 

 


 

Nah kekuatan masa yg dimiliki Habib Rizieq ini jelas merupakan sesuatu yg menggiurkan atau menakutkan bagi kaum oposisi maupun kaum oligarki, itu sebabnya banyak pihak berusaha berteman, menjinakan, bermain, atau bahkan memanfaatkan bibib. Apalagi menjelang pilkada ini tentunya pengaruh bibib gak bisa dipandang remeh.

 

Selain itu secara keorganisasian juga FPI semakin solid dan rapi tidak lagi sekedar ormas gak jelas tukang bubarin warung makan saat bulan puasa. Hari ini FPI ane lihat sudah memiliki jaringan bansos (bantuan sosial) di berbagai daerah, sampai kemampuan perang cyber yg semakin luas.

 

Bahkan walaupun di pulau jawa NU dan Muhammadiyah masih mendominasi, tapi di luar pulau jawa justru pengaruh FPI semakin besar, hal ini tentunya mengusik ormas2 islam lama seperti NU dan Muhammadiyah, itu sebabnya kmrn saat aksi penjemputan bibib yg dihadiri ribuan orang yg bahkan sampai membuat Soeta lumpuh, gak lama NU menggerakan Banser dan Ansornya untuk show of force juga di jawa timur sayang penggerakan kekuatan banser dan ansor NU ini kalah dengan ekspose penyambutan bibib kmrn.

 

Dari sini terlihat lama-kelamaan Habib Rizieq bersama FPI yg awalnya cuman ormas peliharaan kaum oligarki mungkin suatu saat menjadi tuan kaum oligarki di republik ini, bahkan mungkin mereka bisa menyaingi ormas islam lama seperti NU dan Muhammadiyah yg gitu2 aja kegiatannya dan gak ada tokoh kuatnya sehingga masa mereka bisa pindah ke FPI yg menawarkan gerakan islam baru yg lebih agresif.