Proses Pendewasaan Demokrasi Di Indonesia Ini Memang Keras

 


 

Hari ini kita melihat akhirnya gerbong terakhir kubu oposisi jaman pemilu dulu yaitu Sandiaga Salahuddin Uno akhirnya masuk kedalam kabinet Presiden Joko Widodo bersama juga dengan masuknya gus Yaqut Cholil Qoumas sebagai refresentatif NU generasi muda yg sering mengkritik pemerintah.

 

Pada akhirnya semua kekuatan oposisi dan oligarki lebur menjadi satu dalam rezim Jokowi. Hal ini bisa dimaknai dengan 3 sudut pandang yaitu :

 


 

1.  Sudut pandang sinis : yg berpandangan “jadi selama ini buat apa membela Jokowi dan Prabowo mati2an, sampai melibatkan emosi pribadi yg membuat retak hubungan saudara, pertemanan, keluarga, bahkan ada yg sampai bunuh2an segala, klo toh pada akhirnya semua ujung2nya berteman juga ?? ”

 

Yg memiliki sudut pandang semacam ini adalah pendukung Presiden Joko Widodo maupun Prabowo Subianto, yg masih memiliki akal sehat tapi kecewa berat. Mereka mungkin saat ini menyesal banget karena dulu sudah membela matia2n Jokowi dan Prabowo sampai merusak hubungan pribadi. Bahkan mungkin ada yg pensiun main medsos karena gak kuat melihat kenyataan pahit ini 😂😂

 


 

2.  Sudut pandang fanatik mampus : yg berpandangan hal ini “pasti langkah catur super cerdas Jokowi untuk menunjukan kepada rakyat Indonesia gimana jadinya klo clan cendana seperti Prabowo dan Sandiaga uno di kasih kekuasaan, mereka pasti korupsi dan menindas rakyat”

 

Yg memiliki sudut pandang semacam ini adalah pendukung fanatik Jokowi yg akal sehatnya udah gak ada lagi, gara2 kebanyakan baca bualan langkah catur grandmaster planet namec Denny Siregar atau portal media : Jokowi selalu benar Seword.com. Pokoknya bagi mereka apapun tindakan Jokowi pasti benar karena dimata mereka Jokowi itu udah sebangsa juru selamat yg gak pernah salah dan maksum (suci dari dosa).

 


 

3.  Sudut pandang pendewasaan demokrasi : yg berpandangan hal ini “merupakan proses pendewasaan demokrasi di Indonesia, agar orang2 Indonesia tidak lagi melihat pertarungan politik secara naif dan hitam putih doang. Seakan2 pertarungan Jokowi vs Prabowo dulu adalah pertarungan antara Nasionalis vs Islamis, antara Pancasila vs Khilafah, antara Kebenaran vs Kejahatan, Antara yg Bathil vs yg Hak. antara PKI vs Ulama, dll. Itu semua sebenarnya cuman delusi politik yg di ciptakan para buzzer dan propaganda politik yg diciptakan para spindokter think-tank kedua kubu. Tapi pada akhirnya saat kedua kubu melebur bagi2 kekuasaan isu2 persteruan diatas seakan2 lenyap semua kan ??”

 

Nah yg memiliki sudut pandang semacam ini biasanya adalah golongan Golput, kaum apatis yg udah gak peduli lagi masalah politik2an di indonesia, maupun orang2 yg ngerti politik yg mampu berfikir objektif tidak terpengaruh dengan narasi yg diciptakan para buzzer dan spindokter kedua kubu.

 


 

Tapi peleburan kedua kubu ini sendiri walaupun menjengkelkan banyak pendukung Jokowi maupun Prabowo, tapi langkah ini sebenarnya patut dihargai untuk merangkai kembali bingkai persatuan republik ini yg pernah retak karena kita terpecah-belah cuman gegara dukung Jokowi dan Prabowo doang.

 

Pada akhirnya selamat bekerja untuk Presiden Joko Widodo, Prabowo Subianto, Sandiaga Salahuddin Uno, dan Yai maaruf Amin, walaupun gara2 ambisi kekuasaan kalian udah banyak rakyat indonesia yg baku hantam tanpa mendapatkan apa2.