Perbedaan Sains Dan Agama

 


Di Fb satunya banyak yg marah2 ke ane karena ane mengkritik kaum agamis yg menclaim pencapaian telescope James Webb NASA sebagai bukti kebenaran agama mereka. Nah yg marah2 ini pada umumnya tidak memahami perbedaan sains dan agama

 


1.  Perbedaan mendasar pola fikir sains dan dogma agama itu adalah :

  • Klo sains dengan kerendahan hati mengakui klo manusia tidak tahu banyak hal di alam semesta ini, itu sebabnya kita cari tahu apa yg sebenarnya terjadi.

  • Sebaliknya klo doktrin agama selalu meyakini semua hal di alam semesta ini jawabannya adalah Tuhan dan kitab sucinya. Diluar itu salah semua atau gak penting.

 

2.  Selain itu pijakan sains dan agama itu juga berbeda, dimana :

  • Klo sains terbuka dan selalu berusaha berubah mengikuti perkembangan jaman, bisa jadi teori mapan hari ini besok hari akan ditinggalkan dan beralih ke teori baru yg lebih baik menjelaskan fenomena alam semesta secara lebih asional.

  • Sebaliknya dogma agama tidak akan berubah dan selalu berusaha melawan jaman. Jadi apa yg disampaikan kitab suci maupun tokoh agama tidak akan berubah.

 

3.  Sedangkan dari sudut pandang prinsip sains dan agama juga berbeda, dimana :

  • Hasil penelitian sains harus objektif dan tidak boleh bias hanya condong kesalahsatu kelompok tertentu, agar hasil pengamatan, data, maupun fakta yg disampaikan selalu sama dan transparant bagi siapapun yg mencoba membuktikannya. Jadi mau si A atau si B yg berusaha membuktikan teori sains hasilnya akan selalu sama.

  • Hasil dogma agama selalu subjektif dan bias, karena prinsip keimanan bagi agama A belum tentu sama dengan keimanan agama B, atau konsep tuhan agama A belum tentu sama dengan konsep tuhan agama B.

 

4.  Dan yg terakhir perbedaan mendasar sains dan agama yg paling mencolok adalah :

  • Sains selalu mengakui klo salah, bahkan teori sains itu agar menjadi mapan di uji bukan dengan cara dibuktikan kebenarannya tapi dibuktikan dimana kesalahannya.

  • Sebaliknya dogma agama tidak akan pernah mengakui kesalahan, bahkan dogma agama cenderung berusaha membuktikan dan mempertahankan kebenaran versi agamanya dengan berbagai cara. Bahkan klo perlu membunuhi atau memenjarakan orang2 yg dianggap pemikirannya gak sejalan dengan agamanya. Hal ini udah terjadi sejak jaman Ibnu Sina, Galileo, dan Giordano Bruno yg di fatwa sesat, dipenjara, bahkan sampai dibakar hidup2 cuman karena femikirannya gak sejalan dengan pandangan agama.

 

 

 


Nah sekarang klo dibilang “orang yg berkiblat kepada sains itu adalah orang2 yg congkak dan sombong karena menuhankan akal”, atau “akan manusia itu terbatas beda dengan tuhan agama kami yg gak terbatas” bukankah hal itu justru menunjukan kecongkakan dan kesombongan orang beragama yg tidak bisa menerima kenyataan klo terkadang ada yg salah dalam doktrinnya yg gak sesuai fakta dan data modern.

 

 

Dari Evolusi, Karma, Sampai Kasus Ahok

 


Melihat banyak orang yg terkait kasus Ahok dulu mengalami kesialan bahkan sampai banyak yg masuk penjara dan meninggal dunia, dalam beberapa tahun belakangan ini.

 

Mulai dari salah satu hakim kasus ahok meninggal, lalu 1 jaksa penuntunya meninggal karena sakit, di susul jaksa penuntut lainnya meninggal karena kecelakaan pesawat lion air, lalu salah satu pelapor kasus penistaan agama ahok juga meninggal, bahkan gubernur tandingan Ahok babang Fahrurozi juga meninggal karena covid bebapa saat lalu, kemudian di susul daftar lainnya ada ustad kondang Arifin Ilham, ustad Maher, ulama Tengku Zulkarnaen, sampai politikus Haji lulung juga meninggal, sedangkan yg masih hidup seperti Bibib Fetamburan, Munarman, Jonru, Bun yani, dll masuk penjara semua.

 

Semua hal ini pasti akan membuat banyak orang mengaitkan apakah ini karma karena menzholimi Ahok dulu ?? bahkan narasi karma ini semakin kuat, sampai ada yg beraggapan ini beneran kutukan Ahok dulu, karena kebetulan sebelum Ahok di jebloskan kepenjara dia ada memberikan statement pembelaan (pledoi) di pengadilan yg sangat kuat yg berbunyi : “Percayalah sebagai penutup, kalau Anda menzalimi saya, yang Anda lawan adalah Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Esa. Saya akan buktikan, satu persatu dipermalukan. Terima kasih”

 


 

Nah pemikiran adanya karma atau kutukan seperti ini wajar terjadi dalam berbagai sejarah dunia. Karena kita manusia memiliki otak yg dirancang untuk mencari pattern atau pola suatu peristiwa.

 

Pencarian pola atau pattern suatu peristiwa semacam ini adalah hasil dari evolusi otak spesies homo sapiens (alias manusia), karena dulu leluhur kita mampu bertahan tidak ikut punah seperti homo Neaderethal karena bisa menemukan pola atau pattern suatu peristiwa penting di alam ini.

 

Pattern atau pola peristiwa penting itu adalah “konstelasi bintang”, dimana dengan menghapal dan mengingat siklus kemunculan beberapa konstelasi bintang yg unik di langit, leluhur manusia dulu bisa meramalkan kapan datangnya musim dingin, musim kemarau, musim semi, dll. Sehingga leluhur manusia dulu bisa menyimpan bahan makanan saat musim dingin, menyimpan air saat musim kemarau, dan bertani maupun berburu saat musim semi. Kemampuan ini sangat vital karena dengan mengetahui siklus iklim dan musim di bumi leluhur manusia bisa bertahan lama, sedangkan spesies lainnya justru punah.

 

Kemampuan membaca Pattern atau pola peristiwa ini nantinya di turunkan dari generasi kegenerasi manusia sampai generasi kita hari ini. Itu sebabnya manusia selalu mencari pola jawaban dari suatu peristiwa. Termasuk juga peristiwa dalam kehidupan sosial maupun keagamaannya.

 

Nah dari sinilah nantinya terbentuk yg namanya pandangan hukum karma, sunnatullah, hukum tabur tuai, hukum sebab akibat, dll, dimana manusia cenderung mencari jawaban atas suatu peristiwa baik berupa jawaban yg logis maupun gak logis.

 

Jadi wajar dalam berbagai kepercayaan ada orang yg percaya hukum Karma atau percaya sumpah dan kutukan. Karena di tengah ketidakpastian di alam semesta ini manusia cenderung mencari suatu pola tersembunyi yg bisa mereka pastikan demi menenangkan jiwannya.

 

Pencarian pola dan pattern seperti karma, sunatullah, maupun hukum sebab akibat ini ada sisi positifnya yaitu bisa menjadi hal baik, seperti memotivasi manusia agar tidak berbuat buruk atau jahat karena mereka bisa menuai hasil yg buruk dan jahat juga.

 

Tapi di sisi lain hal ini bisa menjadi hal buruk karena manusia cenderung mengaitkan semua hal (walaupun sebenarnya gak terkait dan gak ada bukti kongkritnya) sehingga menjadi teori cocoklogi maupun teori konspirasi.

 


Jadi akhir kata mau kalian percaya masalah kutukan atau karma Ahok itu benar atau tidak itu bukan suatu hal yg penting, karena di sisi lain pendukung bibib fetamburan juga percaya klo semeru meleduk kemaren gara2 bibib di penjara (sampai pake acara ngibarin bendera muka bibib di tempat bekas letusan gunung semeru segala).

 

Yg lebih penting daripada kasus Ahok dulu adalah jangan sampai lagi ada ketidakadilan dan tuduhan penistaan agama cuman gara2 politik, karena hal itu jelas menimbulkan akibat maupun karma buruk yg bisa dinalar dengan logika yaitu : membuat investor kabur dan ogah masuk ke Indonesia karena beranggapan republik ini sama primitifnya dengan Afganistan maupun Pakistan, kaburnya investor ini jelas akan menyebabkan republik ini tertinggal, miskin, dan gak bakal maju.

 

 

Pernyataan Einstein Yang Sering Kali Dipelintir Banyak Orang Beragama

 


 

Banyak kaum agamais biasanya menggunakan quotes tentang tuhan dan agama dari Albert Einstein, untuk menunjukan klo orang sepintar Einstein saja adalah orang yg beragama dan percaya tuhan.

 

Tapi sayangnya quotes yg digunakan ini di potong dan di framing ulang sehingga terlihat seakan2 Einstein merupakan orang yg religius dan percaya tuhan versi kaum agamais. Padahal pernyataan aslinya terkadang justru sebaliknya. Seperti contohnya yg paling terkenal adalah quote :

 


1.  “Science without religion is lame, religion without science is blind” (sains tanpa agama itu pincang, dan agama tanpa sains itu buta). Quote ini sebenarnya potongan sepihak dari pidato Einstein yg berjudul Religion and Science dalam seminari teologi di universitas Princeton tahun 1939, yg menggambarkan hubungan sejarah antara kaum sainstis dan agama dimasa lalu. Text pidato aslinya klo dibaca penuh justru cenderung kebalikannya dari claim kaum agamais selama ini yg selalu mengatakan Einstein beragama dan bertuhan seperti mereka karena Einstein cuman menjelaskan hubungan sejarah antara agama dan para ilmuwan dimasa lalu yg mungkin tidak berlaku lagi dimasa depan.

Untuk full text pidatonya yg gak dipotong2 bisa baca di link dibawah ini :
https://www.sacred-texts.com/aor/einstein/einsci.htm

 


2.  “The more I study science, the more I believe in God” (semakin saya belajar sains semakin saya percaya tuhan). Sebenarnya qoute ini gak ada dalam perkataan Einstein aslinya dan lebih cenderung merupakan interpretasi kaum agamais sendiri tentang perkataan Einstein yg sering menggunakan kalimat tuhan, padahal kalimat tuhan yg sering digunakan Einstein itu untuk merujuk kepada hukum alam seperti fisika, biologi, kimia, dan matematika yg menggerakan semesta ini.

klo gak percaya kalian bisa cek sendiri di wikiqoute yg merupakan qoute resmi Einstein ada gak kalimat diatas : https://en.wikiquote.org/wiki/Albert_Einstein

 


3.  “God not play dice with the universe” (tuhan tidak sedang bermain dadu dengan alam semesta). Quote ini sebenarnya ketidaksetujuan Einstein kepada Niels Bohr dan Max Born (bapak fisika quantum) terkait fenomena mekanika quantum yg seperti melanggar hukum fisika umum.

Dan seperti yg ane bilang diatas god yg dimaksud Einstein dalam qoute ini sebenarnya cuman metafora dari hukum alam bukan berarti tuhan personal seperti bayangan kaum agamais pada umumnnya.

Penjelasan tentang qoute Einstein diatas bisa dibaca di sene :

 


Nah sebaliknya pandangan Einstein terkait sudut pandang spiritualitasnya yg menolak konsep tuhan dan agama pada umumnya justru banyak terdapat dalam qoute dan surat resminya. Bahkan Einstein dalm suratnya kepada sahabatnya Mr Gutkind tahun 1954 terang2an menyebutkan tuhan kaum agamais (terutama Yahudi dan Kristen) itu primitif dan kekanak2an, selain itu Einstein juga menyatakan tuhan adalah produk dari kelemahan manusia di masa lampau yg tidak bisa menjelaskan berbagai fenomena alam secara ilmiah sehingga penjelasan mereka menunjuk tuhan dan dewa2 sebagai penyebab semua fenomena alam yg tidak mereka pahami saat itu (konsep celah tuhan / God gap).

 

Selain itu dalam wawancarnya dengan William Hermanns di tahun 1930, 1943, 1948, dan 1954 (yg nantinya dijadikan buku terkenal yg berjudul, Einstein and the Poet: In Search of the Cosmic Man), Einstein dengan jelas mengungkapkan pandangan spiritualnya adalah panteisme dan percaya dengan konsep tuhan Spinoza, bukan tuhan kaum agamais yg memberikan hadiah (surga) dan memberikan hukuman (neraka) bagi manusia. Dalam beberapa sesi wawancara ini Einstein secara jelas menolak segala konsep agama dan tuhan personal, tapi di sisi lain Einstein juga memuji Confucius, Buddha, Jesus, dan Gandhi adalah sosok yg berhasil merubah pandangan kemanusian di dunia walaupun tidak merubah apa2 terkait sains.

 

Untuk semua Qoute dan Surat2 resmi Einstein aslinya tanpa missleading dan pemotongan sepihak bisa baca sumber2 dibawah ini, niscaya kalian akan paham klo spiritualitas Einstein gak sama dengan spiritualitas kaum agamais :

 

 

Firman Tuhan Spinoza

 

 

Tuhan Spinoza pernah berkata :

Berhentilah berdoa dan memohon kepada Ku ! Aku cuman menginginkan kalian agar menikmati hidup pemberianku ini dengan bertanggungjawab.

Aku inginkan kalian bernyanyi, menari, berolah raga, bermain musik dan bersenang-senanglah dengan semua karunia yg telah aku berikan kepada mu.

Berhentilah kalian pergi ketempat gelap itu, yaitu kuil-kuil penyembahan ku yg kalian bangun sendiri dengan megah lalu kalian katakan bahwa ini rumahku. Rumah Tuhan ??

Rumahku bukan disana, rumahku adalah gunung-gunung, hutan, sungai, pantai yg indah, lautan yg luas dan danau-danau. Disanalah aku berada dan mengungkapkan rasa cintaku kepada kalian!

Berhentilah menyalahkan Aku, Tuhan mu, atas kehidupan mu yg merana. Aku tidak pernah menyalahkan kamu, atau menganggap kamu orang-orang yg penuh dosa, atau mengatakan bahwa rasa cintamu adalah kejahatan. Cinta adalah berkah sebagai cara mengungkapkan kepedulian-mu kepada sesamamu dan mahluk lainnya.

Jangan lagi salahkan aku atas semua kepercayaan dan apa-apa yg telah ditanamkan kepada-mu ! Berhentilah menyebarkan buku-buku yg engkau tulis sendiri kemudia kamu katakan sebagai kata-kata Ku. Jangan lagi kau katakan buku itu sebagai barang suci bagi yg lain. Itu semua tidak ada kaitannya dengan Ku,

Bila engkau ingin benar2 mendengar perkataan Ku : Lihatlah aku dalam sinar pagi yg indah, Lihatlah aku sebagai bentangan alam yg luas, Lihatlah aku dalam hembusan angin yg sejuk, Rasakanlah aku dalam keindahan keheningan yg damai, Dengarkanlah gemerisik daun yg menenangkan, Dan lihatlah dalam cahaya mata teman-teman mu, sanak kerabat mu, dan anak-anak mu!

Satu kepastian adalah : kamu tidak akan menemukan Aku didalam buku mu. Berhentilah berusaha mengatur aku dg doa mu, seakan-akan Aku tidak tahu apa yg harus aku kerjakan ! “Apakah kalian akan terus berusaha mengajari Ku untuk menunaikan tugas Ku ?”

Berhentilah ketakutan apalagi terus menyebarkan rasa takut kepada Ku ! Aku tidak pernah : menuduh, mengkritik, atau marah kepada mu. Aku tidak peduli dg itu semua, Aku adalah “Rasa Cinta yg Murni”

Berhentilah : melakukan kesalahan, menganiaya manusia lain, lalu meminta ampun kepada Ku.

Berhentilah memohon ampunan secara terus menerus kepada Ku. Tidak ada yg perlu aku maafkan. Aku telah menciptakan mu dengan : semua keterbatasan, semua perasaan, kegembiraan, kebutuhan, keraguan dan …. Kehendak bebas.

Bagaimana Aku akan menyalahkan mu atas segala apa-apa yg telah aku ciptakan dan berada di dalam diri mu ?

Apakah kalian fikir Aku akan menciptakan tempat untuk membakar semua ciptaan yg Aku cintai untuk selama-lamanya, hanya karena mereka tergelincir dan mengikuti apa-apa yg telah aku tanamkan dalam dirinya ?

Membakar mereka untuk selama-lamanya akan sesuatu yg aku ciptakan sendiri ? Kalau memang begitu, Tuhan macam apa Aku ini ??

Hargailah teman-teman dan sanak kerabatmu. Jangan pernah melakukan apa-apa yg engkau tidak ingin orang lain melakukannya kepada mu !”

Satu-satunya yg aku inginkan adalah : perhatikan hidup mu, dengarkan bisikan nuranimu, lewat situlah Aku memberi petunjuk.

Ciptaan yg Aku kasihi…, hidup ini : bukan ujian, bukan jalan setapak, bukan sebuah drama, dan bukanlah jalan awal agar masuk Syurga.

Hidup ini adalah satu-satunya, disini, saat ini dan itulah yg sesungguhnya kalian perlukan.

Aku telah memberikan kebebasan sepenuhnya kepada mu, tidak ada hadiah atau hukuman, tidak ada dosa maupun fahala, tidak ada orang yg sudah ditandai sebagai ahli Syurga atau ahli Neraka.

Nikmatilah, bersyukurlah dan lakukanlah yg terbaik.

Dengan kehidupan ini, kalian sepenuhnya bebas untuk “menciptakan” syurga ataupun neraka kalian sendiri.

Aku tidak ingin memberi tahu kalian, apakah kehidupan sesudah mati itu ada atau tidak, tetapi, biarlah aku memberikan sebuah saran : “Hiduplah seakan-akan tidak ada kehidupan setelah mati agar kalian lebih menghargai dan berhati-hati terhadap satu hidup yg sedang kalian jalani saat ini”.

Karena ini satu-satunya kesempatan, maka : nikmatilah, berkaryalah, sebarkanlah rasa cinta dan saling menyayangi dan wujudkanlah semua kebaikan dalam hidup ini.

Jadi, kalau nanti tidak ada apa-apa lagi, maka kalian telah menggunakan kesempatan yg telah Aku berikan itu dg sebaik-baiknya. Kalau ternyata nanti ada lagi kehidupan, Aku hanya akan bertanya : Apakah kalian berbahagia ? Apa yg engkau lakukan dengan baik di sana ? Apa yg engaku pelajari ? Apa yg engkau tinggalkan bagi mereka yg akan datang sesudah kalian ?

Berhentilah berprasangka terhadap Ku ! Berhentilah menebak-nebak tentang Aku ! Berhentilah membayangkan diri Ku ! Mulailah membangun kepercayaan terhadap diri mu sendiri !

Aku ingin engkau merasakan kehadiran Ku ketika engkau memeluk kekasih hati mu. Aku ingin engkau merasakan kehadiran Ku ketika engkau menyayangi anak dan keluarga mu ! Aku ingin engkau merasakan kehadiranku ketika engkau menyayangi hewan atau tumbuhan kesayangan mu ! Aku ingin engkau merasakan kehadiran Ku ketika engkau menikmati keindahan alam disekitar mu !

Tidak perlu engkau menghabiskan waktu mu yg sangat singkat untuk memuji muji diri Ku ! Tuhan gila hormat semacam apa kalian fikir diri Ku ? Aku bosan dipuji-puji.

Bila engkau bersyukur, maka tunjukkanlah rasa syukur dan kebahagian mu itu dengan : peduli terhadap sesama, pedulikan kesehatan diri mu, perhatikan dan rawat hubungan mu dg sesama dan terhadap dunia tempat kamu tinggal. Begitulah cara engkau memuja diri Ku !

Berhentilah membuat rumit persoalan yg ada dan menjadi burung beo yg hanya mengulang-ulang yg apa-apa katanya aku ajarkan! Berhentilah menyebar gambaran yg salah tentang diri Ku yg hanya lahir dari fikiran dan nafsu mu sendiri.

Apalagi yg kalian inginkan ?

Keajaiban ? Hidup itu sendiri sangatlah ajaib.

Keterangan ? Alam disekeliling mu dan bisikan halus dari hati nuranimu itu sendiri sudah merupakan petunjuk yg sangat jelas. Satu-satunya kepastian adalah kamu hidup disini, sekarang dan kehidupan ini penuh dengan keajaiban untuk di kagumi dan dipelajari.

 


 

Banyak para ilmuwan, filsuft, dan pemikir hebat di dunia seperti Albert Einstein sebenarnya lebih mempercayai konsep tuhan Spinoza ini ketimbang konsep tuhan personal ala agama2 abrahamic yg cenderung memiliki sifat seperti manusia yaitu pencemberu, pemarah, penghukum, sekaligus kontradiksi dengan minta di sembah umatnya sambil di puji2 sebagai maha pengasih.

 

Konsep tuhan Spinoza sendiri sebenarnya merujuk ke alam semesta ini sendiri, itu sebabnya seringkali konsep tuhan Spinoza merujuk kepandangan Panteisme sendiri, dimana dalam pandangan Panteis tuhan adalah alam semesta ini sendiri yg bergerak sendiri tidak terikat keinginan dan konsep bikinan manusia.

 

 

Alam semesta akan bergerak sendiri klo hukum alam yg mempengaruhinya terpenuhi seperti : klo terjadi gempa dahsyat bawah laut karena lempengan bumi patah, maka akan terjadi tsunami besar yg menerjang semua wilayah. Alam semesta gak peduli yg kena terjang itu wilayah aceh yg berisi orang2 beriman atau wilayah jepang yg berisi orang2 kafir. Alam memiliki hukumnya sendiri yg tidak tunduk kepada konsep hukum manusia, yg penting klo semua faktor fisika, biologi, matematika, dan kimia terpenuhi maka semesta akan bergerak sendiri. Alam semesta gak peduli dengan yg namanya Azab atau Ujian, semua hal itu cuman penafsiran sempit oleh manusia beriman doang.

 

Itu sebabnya klo Einstein bicara tuhan, ente jangan langsung geer merasa Einstein bertuhan sama seperti tuhan dalam fikiran ente yg sempit itu. Karena tuhan yg dimaksud Einstein itu sendiri adalah hukum alam (fisika, biologi, matematika, dan kimia) yg mengatur semesta ini sendiri.

 


 

Tulisan ini saduran dari tulisan Mustafa Husin Baabad dan Nurseto Ardiputranto dengan sedikit perbaikan narasi dari ane.

 

Apakah Moralitas Selalu Terkait Dengan Beragama Atau Tidaknya Seseorang ??

 


 

Sering kali saat seseorang lebih memilih tidak lagi mempercayai agama (agnostic) atau bahkan memilih tidak lagi bertuhan (atheist). Banyak orang di republik ini langsung mencap orang2 tersebut amoral, bejad, pemerkosa, cabul, penyuka sex bebas, hidup layaknya binatang ngewe sana sini, dan berbagai cap negatif lainnya.

Padahal klo kita melihat secara jernih dan objektif ada sangat banyak kasus amoral, pencabulan, pemerkosaan, bahkan pedophelia yg ironisnya justru di lakukan oleh para tokoh2 agama sendiri.

 

1.  Seperti kejadian baru2 di Jombang dimana ada tokoh agama dan pemilik pesantren terkenal yg akhirnya ketahuan melakukan pencabulan serta perkosaan kepada para santrinya (bahkan pacar anaknya pun disikat), dan ini bukan kasus pertama ada banyak ustad, ulama, maupun guru ngaji yg ketangkap melakukan pencabulan dan perkosaan sebelumnya.

 

2.  lalu kita juga menemui banyak pendeta maupun pastor yg justru melakukan pelecehan sex atau bahkan perkosaan kepada anak2 altar (pedophelia) yg bahkan membuat paus berkali2 minta maaf kepada dunia, dan dunia kristen protestan dan reformis dianggap sama aja dengan katolik karena kasus yg sama banyak terjadi juga di aliran kristen ini.

 

3.  Bahkan di kalangan umat buddha sendiri juga terdapat kasus para biksu2nya melakukan pencabulan dan pelecehan sexsual, padahal kan biksu harusnya mampu menahan hawa nafsunya.
Hal ini tentunya paradox dengan tuduhan kaum agamais yg selalu mengatakan kaum non-agamais amoral. Dan dari kejadian ini kita bisa melihat beragama atau gak beragama gak menjamin seseorang menjadi lebih bermoral karena orang baik akan tetap jadi orang baik terlepas dari dia beragama atau tidak, sebaliknya orang jahat akan tetap jadi orang jahat terlepas dari dia beragama atau tidak (bahkan mungkin lebih berbahaya orang jahat yg beragama karena mereka bisa menggunakan agama untuk memuluskan niat jahatnya)

 


Jadi pada akhirnya moral atau amoral ditentukan oleh manusianya sendiri bukan dari agama maupun gak-beragamanya.
Nah klo kalian beragument tingkah laku tokoh agama diatas tidak mencerminkan ajaran agamanya, maka hal yg sama pun berlaku kepada kaum gak beragama juga : dimana kelakuan gak baik kaum gak-beragama tentunya bukan cerminan atheist dan agnostic juga.

 

Lantas kenapa kita harus menimbang moralitas dengan agama dan gak-beragamanya ??