Ane rasa apa yg di fikirkan Willem Daendels dulu di jawa kurang lebih saja seperti apa yg di fikirkan pemerintah Jokowi hari ini di papua.
Bedanya klo dulu pemerintah Hindia Belanda gak sampai meminta kembali beasiswanya kepada aktivis dan anak pribumi yg menuntut kemerdekaanya. sedangkan pemerintah Indonesia hari ini melakukannya, hal ini sebenarnya agak konyol dan memalukan tapi tentunya pendukung NKRI price death akan mendukung hal ini sepenuhnya, tapi mari kita lihat dari persepsi lain antara pahlawan dan penghianat ini.
Dalam setiap babak antara pihak yg berseteru, setiap tokoh bisa di pandang berbeda dari kedua kubu contohnya :
1. Douwes Dekker dan Henk Sneevliet pasti akan dianggap orang Belanda adalah penghianat, sebaliknya bagi orang Indonesia mereka akan dianggap pahlawan.
2. Yasser Arafat dan Sheikh Ahmed Yassin pasti akan dianggap orang Israel teroris, tapi sebaliknya bagi orang palestina mereka adalah pejuang.
3. Yitzhak Rabin pasti akan dianggap penghianat dan harus di bunuh oleh kaum Yahudi fanatik, tapi sebaliknya bagi orang yg merindukan perdamaian di Palestina dan Israel dia adalah pahlawan.
4. Mahtama Gandhi pasti akan dianggap penghianat dan harus di bunuh oleh kaum Hindu fanatik, tapi sebaliknya bari orang muslim dan hindu India sampai pakistan Gandhi adalah pahlwan perdamaian.
5. Gamal Abdel Nasser pasti akan dianggap penghianat dan kafir oleh Ikhwanul Muslimin (muslim brotherhood), tapi sebaliknya bagi rakyat mesir dia dianggap pahlawan nasional dan penyelamat Mesir.
6. Usman dan Harun pasti akan dianggap extrimis dan mata2 oleh rakyat Singapura, tapi bagi orang Indonesia mereka adalah pahlawan dan simbol martir dari Marinir.
7. Xanana Gusmao, Ramos Horta, dan Mari Alkatiri pasti akan dianggap penghianat oleh pemerintah Indonesia, tapi bagi rakyat Timor-timur mereka adalah pahlawan nasional.
8. Widji Thukul, dan Munir Said Thalib bagi para elite politik dan militer Indonesia adalah penghianat, tapi bagi aktivis ham dan kaum intelektual Indonesia mereka adalah pahlawan reformasi.
Nah kasus yg sama pun terjadi dengan Veronica Koman dan Dandhy Dwi Laksono, bagi pemerintah dan pendukung NKRI price death mereka adalah penghianat, antek aseng australia, provokator dan berbagai tuduhan lainnya, karena menyuarakan ketimpangan di papua serta membuka jaringan bisnis dan deal2 politik para elite politik Indonesia, tapi bagi rakyat papua dan orang2 kritis lainnya mereka adalah pahlawan yg membuka tabir informasi yg selama ini di sembunyikan pemerintah.
Akan selalu ada 2 sudut pandang untuk melihat setiap tokoh, itu sebebnya penghianat atau pahlawan itu sangat subjektive tergantung dari sisi mana ente mau melihatnya.