Dari Ghadir Khumm Sampai Karbala, Simpul Utama Perpecahan Dunia Islam

 


 

Ane lihat dalam postingan sebelumnya ada teman yg non-muslim bertanya kenapa terjadi perpecahan Suni dan Syiah dalam islam, apakah nabi Muhammad tidak menunjuk penggantinya sehingga para sahabat dan keluarga Muhammad justru berperang untuk memperebutkan tampuk pemimpin islam (khalifah) sesudah nabi Muhammad meninggal ??

 

Sebenarnya jawaban untuk hal ini agak rumit bahkan gak semua orang islam memahami sejarahnya karena kontek rujukan baik dari pihak Suni maupun Syiah sangat berbeda karena bias mazhab.

 

Untuk memahami secara objektif masalah pertikaian antara para sahabat nabi Muhammad (Suni) melawan keluarga nabi Muhammad (Syiah) ini harus melihat sejarah islam dari sudut pandang kedua mazhab baik Suni maupun Syiah. Nah kali ini ane coba ringkaskan sejarah ini di point2 peristiwa pentingnya saja yg cuman meliputi peristiwa penting “Ghadir khumm” sampai ke “Peristiwa Karbala” cekidot :

 


 

Awal pertikaian ini secara sederhananya berasal saat nabi Muhammad melakukan haji Wada (haji terakhir nabi Muhammad / haji perpisahan), nah dalam haji Wada ini ada peristiwa nabi Muhammad yg berpidato di daerah “Ghadir khumm”

 

1.  Dalam pidatonya di daerah “Ghadir khumm” ini secara tersurat dan tersirat nabi Muhammad mengangkat sepupu sekaligus menantunya yaitu : Ali bin Abu Thalib sebagai penggantinya kelak (ini menurut pandangan Syiah).

 

2.  (Sedangkan menurut pandangan Suni) Tidak ada perintah dari nabi Muhammad untuk mengangkat Ali bin Abu Thalib sebagai pengganti nabi Muhammad kelak.

 

Untuk rujukan dan pidato nabi Muhammad dalam peristiwa “Ghadir khumm” bisa di baca di sumber2 dibawah ini :

 

Hadits tentang peristiwa “Ghadir khumm” shahih (asli) menurut sebagian besar ulama2 islam baik dari kalangan Suni apalagi Syiah, tapi memang ada dari kalangan Suni yg menganggap hadits ini tidak shahih bahkan tidak mengakui adanya hadits ini. Nah berbagai pandangan pro kontra masalah hadits “Ghadir khumm” antara Suni vs Syiah bisa di baca dibawah ini.

 


 

Nah selain perbedaan penafsiran masalah Ghadir khumm, nantinya pertikaian ini semakin meruncing saat nabi Muhammad meninggal, dimana saat para keluarga nabi Muhammad (termasuk Ali bin Abu Thalib) sedang mengurus jenazah nabi Muhammad untuk di kuburkan, tapi para sahabat nabi Muhammad malah bertikai di daerah “Saqifah Bani Sa’idah” karena berebut siapa yg pantas di tunjuk jadi khalifah selanjutnya menggantikan nabi Muhammad. Akhirnya pertikaian di “Saqifah Bani Sa’idah” ini menghasilkan keputusan bahwa khalifah pengganti nabi Muhammad adalah “Abu Bakar” yg merupakan sahabat sekaligus mertua nabi Muhammad (ayah Aisyah istri nabi Muhammad). Pengangkatan Abu Bakar ini sendiri mendapat dukungan penuh dari Umar bin Khatab (sahabat terkuat nabi Muhammad).

 

Peristiwa “Saqifah Bani Sa’idah” bisa di baca sudut pandangnya dari kedua sumber suni dan syiah dibawah ini :

 

Mendengar hal ini keluarga nabi Muhammad terutama Ali dan Fatimah (anak nabi Muhammad) menolak baiat (sumpah setia) kepada Abu Bakar, yg hampir mengakibatkan terjadi pertikaian lagi antara Umar bin Khatab melawan keluarga nabi Muhammad dan pendukung Ali yg menolak baiat kepada Abu bakar.

 


 

Singkat cerita dari peristiwa “Ghadir khumm” sampai peristiwa “Saqifah Bani Sa’idah” ini membuat perseteruan yg semakin meruncing antara kubu para sahabat nabi Muhammad melawan para keluarga nabi Muhammad.

 

1.  Dan perseteruan ini akhirnya pecah menjadi perang saudara umat Islam saat terbunuhnya khalifah ke 3 yaitu “Utsman” yg dibunuh pendukung Ali. Nantinya gantian pendukung Ali sekaligus Gubernur Basra dibunuh oleh Aisyah (istri nabi Muhammad sekaligus anak Abu Bakar) untuk menuntut balas kematian Utsman. Hal ini membuat Ali marah dan menggempur pasukan Aisyah, akhirnya karena beda kekuatan yg terlalu jomplang (pasukan Aisyah cuman 700 orang sedangkan pasukan Ali sebesar 10.000 orang), pasukan Aisyah berhasil dikalahkan Ali. Perang ini nantinya dikenal sebagai perang Jamal atau perang Unta.

 

2.  Setelah melawan Aisyah nantinya Ali juga akan berperang melawan Muawiyah yg merupakan sepupu dari Utsman. Perang kedua ini jauh lebih besar karena kubu Ali membawa sekitar 95.000 pasukan sedangkan kubu Muawiyah membawa sekitar 85.000 pasukan. Pertempuran ini cukup sengit dan mengakibatkan korban jiwa yg sama2 besar diantara keudabelah pihak. Nantinya karena melihat korban jiwa yg sangat besar dari kedua kubu ini Ali sepakat dengan Muawiyah untuk menghentikan peperangan ini. Perang ini nantinya dikenal sebagai perang Shiffin

 

3.  Tapi nantinya justru karena tidak puas dengan hasil perjanjian damai antara Ali dan Muawiyah ini, ada kelompok sahabat penghapal Alquran pendukung Ali yg justru berupaya membunuh Ali dan Muawiyah sekalian. Nantinya Ali justru terlibat perang dengan pendukungnya yg memberontak ini. Nah pendukung Ali yg memberontak ini nantinya dikenal dengan nama Khawarij dan Perang ini nantinya dikenal sebagai perang Nahrawan.

 


 

Tapi akhirnya nanti Ali berhasil dibunuh oleh kelompok Khawarij ini (Ali dibunuh oleh hafidz (penghapal) Alquran yg bernama Ibnu Muljam, saat solat Subuh) sedangkan Muawiyah berhasil selamat.

 

Tapi kebencian Muawiyah kepada kubu Ali ini nantinya tetap berlangsung lama walaupun Ali sudah meninggal di bunuh Khawarij. Hal ini karena dulu keluarga Muawiyah banyak yg dibunuh oleh keluarga Ali dan Muhammad, serta pewaris tahta kekalifahan adalah Hasan (anak tertua Ali).

 

Muawiyah sendiri mengancam akan menyerang Hasan bila tidak menyerahkan kursi kekalifahan ketangannya. Nantinya untuk menghindari perang saudara dan karena kekuatan pasukan Hasan tidak sebanding dengan Muawiyah terpaksa Hasan menyerahkan tampuk kekalifahan kepada Muawiyah dan menyingkir ke Medinah. Nantinya Hasan meninggal di Medinah ini (kubu Syiah dan sebagian Suni ada yg beranggapan meninggalnya Hasan ini karena di racun oleh orang suruhan Muawiyah / istrinya, sedangkan dari kalangan Suni kebanyakan menolak tuduhan ini).

 

Setelah Hasan meninggal keluarga Muawiyah melihat ancaman selanjutnya adalah Husein (adik Hasan sekaligus anak Ali selanjutnya). Nantinya saat Muawiyah mengangkat anaknya”Yazid” sebagai khalifah, Muawiyah sudah mengingatkan Yazid agar menyingkirkan Husein karena akan jadi ancaman dimasa depan.

 

Dan hal ini semakin menjadi kekhwatiran Muawiyah dan Yazid saat mendengar desas-desus klo banyak umat islam lebih mendukung Husein menjadi khalifah ketimbang Yazid. Nantinya bertepatan dengan kematian ayahnya Muawiyah, Yazid mendengar klo penduduk Kuffah justru mau berbaiat kepada Husein agar menjadi khalifah yg baru.

 

Hal ini dianggap Yazid pemberontakan sehingga Yazid memerintahkan gubernur Kuffah untuk menindak keras pemberontakan ini. Dan hasilnya wargga kuffah tidak berani berbaiat kepada Husein dan Husein sendiri justu di penggal oleh Ibnu Saad atau nama panjangnya “Umar bin Sa’ad bin Abi Waqqash” (ironisnya Ibnu Saad ini adalah anak dari sahabat karib nabi Muhammad, Saad bin Abi Waqqash yg merupakan orang ke 3 yg memeluk Islam sesudah Khadijah istri Muhammad, dan Ali Sepupu Muhammad).

 

Nah sesudah peristiwa Karbala ini Suni dan Syiah terbelah sampai hari ini, dan hampir mustahil untuk disatukan lagi.

 


 

Sumber refernsi lainnya: