Mungkin banyak orang tidak tahu 41 tahun yg lalu pernah terjadi peristiwa turunnya Imam Mahdi yg justru membuat Mesjidil Haram di kotori oleh darah akibat pemberontakan dan yg lebih unik lagi justru penolong kota Mekah dan Mesjidil Haram saat itu adalah pasukan khusus Prancis yg terpaksa syahadat untuk mengakhiri peristiwa berdarah ini. Bagi yg penasaran let cekidot ceritanya.
Pada tanggal 20 november 1979 setelah sholat subuh di Mesjidil Haram yg terdapat bangunan paling suci umat islam yaitu Kabah, di gegerkan oleh peristiwa pemberontakan dan pengambil-alihan Mesjidil Haram oleh kelompok mantan tentara elite Arab Saudi yg di pimpin oleh Juhayman al-Utaibi.
Juhayman al-Utaibi sendiri mengclaim bahwa iparnya yg bernama Mohammed bin Abdullah al-Qahtani, merupakan Imam Mahdi yg sudah diramalkan dalam dunia islam. Juhayman al-Utaibi sendiri memaksa orang2 agar berbaiat kepada Mohammed bin Abdullah al-Qahtani karena dia beranggapan al-Qahtani akan memimpin peperangan akhir jaman dunia islam melawan musuh2 dunia islam terutama untuk melawan kaum kafir, islam munafik, dan Dajjal.
Juhayman al-Utaibi sendiri beranggapan pemerintahan Saudi sudah menjadi pemerintahan zholim dan munafik karena bersekutu dengan Amerika dan barat, Juhayman al-Utaibi juga beranggapan kemajuan yg masuk ke dunia arab seperti masuknya televisi, radio, kerjasama saudi dan Amerika dalam projek migas Aramco, serta pembolehan para wanita tampil di televisi dan memperoleh pendidikan layaknya pria adalah cerminan pemerintah saudi tunduk kepada kaum kafir dan mengikuti fitnah Dajjal. Itu sebabnya Juhayman al-Utaibi menyerukan pemberontakan untuk melawan pemerintahan Saudi dan nantinya gerakan Juhayman al-Utaibi ini akan dikenal sebagai gerakan Salafi Jihad yg sampai hari ini merupakan ideologi utama kaum fundamentalis dan teroris2 Islam.
Ideologi Salafi Jihad sendiri menginginkan penerapan kehidupan umat islam sama seperti kehidupan generasi awal islam (generasi Salaf) secara kaffah (penuh tanpa bisa ditawar). Penganut ideologi ini umumnya menolak kemajuan jaman dan menolak kesetaraan gender dan golongan. Bahkan mereka beranggapan sinkertisme ajaran Islam yg gak ada dasar dalilnya merupakan bentuk kesesatan, itu sebabnya selain ribut dengan kaum non muslim mereka juga biasanya ribut dengan sesama golongan islam lainnya yg mereka anggap tidak sesuai sunah. Dalam taraf extreme kelompok Salafi Jihad ini akan menerapkan cara2 perang dan kekerasan untuk menegakan ajaran Salafinya, seperti yg dilakukan Juhayman al-Utaibi ini.
Pada awal pengambil-alihan mesjidil haram ini pemerintah Saudi sendiri kalang kabut karena buruknya kordinasi dan tidak pernah menangani aksi terorisme sebesar ini. Itu sebabnya pada jam2 pertama aksi pemberontakan Juhayman al-Utaibi yg memimpin sekitar 200 orang pengikutnya ini berhasil membunuh puluhan polisi dan tentara Saudi yg berusaha merebut kembali mesjidil haram.
Bahkan setelah hampir 10 hari peperangan sengit antara kelompok Juhayman al-Utaibi melawan polisi dan tentara kerjaaan Saudi untuk merebut kembali Mesjidil Haram, korban jiwa dari kubu kerajaan Saudi mencapai ratusan orang (ada yg menyebut angka korban jiwa dari pihak kepolisian dan tentara saudi mencapai 400-800 orang) selain korban jiwa aparat kemanan korban jiwa jemaah dari berbagai negara yg terperangkap saat peristiwa kudeta ini terjadi juga besar ada yg menyebut angkanya sekitar 200-1200 orang.
Karena sikon yg semakin parah ini dan banyaknya korban jiwa inilah akhirnya kerajaan Saudi terpaksa meminta bantuan Prancis. (sebenarnya sejak hari pertama pemberontakan ini dubes Prancis di Saudi sudah menawarkan bantuan tapi masih di tolak oleh kerajaan Saudi karena beranggapan mampu menangani kasus pemberontakan ini sendiri, dan juga takut mendapatkan malu bila meminta bantuan negara lainnya, tapi karena situsi yg tidak terkendali lagi akhirnya pemerintah Saudi meminta bantuan langsung ke presiden Prancis, ValĂ©ry Giscard d’Estaing).
Prancis merespon hal ini dengan mengirimkan pasukan khusus antiterornya yg bernama GIGN (Groupe d’intervention de la Gendarmerie nationale). GIGN sendiri sejak dulu memang terkenal sebagai salah satu tentara khusus anti-teroris terbaik di dunia. Tapi demi untuk menjaga nama baik kerajaan Saudi dimata dunia operasi GIGN ini harus di lakukan secara rahasia. Itu sebabnya nantinya markas komando pasukan GIGN terletak di hotel Taif dekat mesjidil haram bukan jadi satu dengan markas komando polisi dan tentara Saudi.
Tapi masalah lainnya muncul keterlibatan pasukan khusus GIGN yg non-muslim ini dipermasalahkan para ulama Saudi, karena sesuai aturan dalam islam sendiri, orang non-muslim dilarang masuk ke daerah mesjidil haram. Itu sebabnya nanti pasuskan khusus GIGN ini terpaksa bersyahadat dulu jadi mualaf baru di bolehkan para ulama saudi untuk melakukan operasi kontra-terorisme di kawasan Mesjidil Haram. Pasukan GIGN sendiri bersyahadat saat helikopter yg membawa mereka terbang diatas Mesjidil Haram pada malam hari, nantinya dari helikopter ini pasukan GIGN melakukan terjun payung dan langsung menyerbu kelompok Juhayman al-Utaibi.
Akhirnya pemberontakan Juhayman al-Utaibi ini berhasil di padamkan dengan bantuan pasukan khusus GIGN, Juhayman al-Utaibi dan beberapa pengikutnya berhasil di tangkap, sedangkan sang imam mahdi si Mohammed bin Abdullah al-Qahtani justru terbunuh. Tapi nantinya walaupun Juhayman al-Utaibi dan beberapa pengikutnya berhasil di tangkap hidup2 mereka semua di jatuhi hukuman mati oleh pemerintah Saudi (totalnya sekitar 63 dihukum pancung, dan yg pertama di penggal adalah Juhayman al-Utaibi sendiri).
(Hal ini sebenarnya agak kontradiksi karena klo mengikuti ramalan dalil dan hadits dalam islam sendiri sang Imam Mahdi harusnya tidak bisa dibunuh dan pengikutnya gak mungkin kalah dalam berperang).
Nah keterlibatan GIGN ini sendiri selama puluhan tahun di rahasiakan kerajaan Saudi dan pemerintah Prancis sendiri, baru pada dekade 90an peristiwan ini diungkapkan kepada publik karena menyangkut nama baik kerajaan Arab Saudi sendiri, dan menghindari anggapan pencemaran wilayah mesjidil haram karena di masukin orang non muslim (walaupun anggota GIGN udah bersahadat saat memasuki mesjidil haram tapi saat kembali kenegara asalnya mereka kembali menjadi non-muslim)
Nantinya dari gerakan Salafi Jihadnya Juhayman al-Utaibi inilah yg menginspirasi Osama bin laden untuk membuat gerakan global jihad (salafi jihad tapi versi seluruh dunianya) yg diberi nama Al-Qaeda.
Selain itu mungkin karena hutang jasa di masa lalu inilah kerajaan Saudi agak enggan ikut2an mengecam Prancis kmrn yg digerakan oleh presiden Turki Erdogan dan perdana mentri pakistan Imran khan gara2 kasus pembunuhan guru prancis oleh kaum fundamentalis Islam.