Dilema Rusia Antara Bom Nuklir Dan Bom Ekonomi

 


Banyak orang Indonesia yg memuja Rusia karena punya nuklir, padahal di jaman modern ini kemenangan perang gak hanya di tentukan oleh senjata nuklir, tapi juga oleh senjata ekonomi.
Salah satu senjata ekonomi terkuat untuk menjatuhkan Rusia adalah menendang Rusia dari jaringan SWIFT bukannya mengirimkan nuklir ke moscow. Soalnya klo Rusia sampai di tendang dari jaringan SWIFT ini otomatis Rusia langsung lumpuh dan jatuh miskin.

 

Hal itu terjadi karena jaringan SWIFT adalah jaringan perbangkan seluruh dunia untuk melakukan tukar-menukar informasi antar bank, klo sampai di keluarkan dari jaringan ini otomatis bank suatu negara gak bisa melakukan transaksi dengan bank negara lainnya, dan dampaknya ekport-importnya maupun perdagangan dan bisnis negara tersebut langsung putus. Yg pasti dampaknya ekonomi negara tersebut kiamat.

 

 


Tapi mungkin ada yg beranggapan klo Rusia di keluarkan dari SWIFT langsung nuklir aja Eropa dan Amerika, well teorinya gak segampang itu ferguso. Karena sebelum sempat Putin menekan tombol nuklir dia pasti akan di gulingkan duluan oleh orang2 dekat dan jendralnya sendiri. Kenapa seperti itu ??

 

Karena klo sampai Rusia meluncurkan Nuklir otomatis negara Eropa yg memiliki Nuklir maupun Amerika pasti akan membalasnya (jangan dikira cuman Rusia saja yg punya nuklir dan gabungan nuklir Eropa maupun Amerika jauh lebih besar dari Rusia)

 

Itu sebabnya dalam “game theory” (teori penguncian kekuatan) politik global di sebutkan “gak ada pemenang klo terjadi perang nuklir, yg ada adalah kiamat seluruh dunia”. Jadi alih2 membiarkan Putin membawa kiamat ke Rusia dan seluruh dunia maka langkah terbaiknya adalah mengkudeta dia duluan. Bahkan gak perlu dimulai perang nuklir, perang ekonomi sendiri aja udah membuat Rusia menjadi gak stabil karena hal ini merugikan kaum oligarki dan elite Rusia yg merasa di rugikan oleh langkah Putin ini.

 

Hal ini terlihat beberapa jam tadi saat Putin koar2 menyuruh armada nuklir Rusia bersiap untuk perang, kemudian di balas UniEropa dengan mengeluarkan Rusia dari jaringan SWIFT yg membuat nilai Rubel terjun bebas, para oligarki dan pengusaha top Rusia seperti Roman Abrahamovic, Alexander Abramov, Sergei Pugachev, dll beramai2 menekan Putin agar mau berdamai dengan Ukraina dan tidak memperpanjang invasi ini. Karena invasi putin ini jelas merugikan kaum Oligarki, dan kalangan Elite Rusia karena membuat Rusia di banned dari ekonomi dunia serta harta mereka dibekukan negara2 asing.

 

Semua dampak ekonomi yg merugikan ini bisa berakhir menjadi kudeta bila Putin tidak bijak menyikapinya. Karena sudah hukum politiknya klo suatu negara ekonominya hancur, pemimpinnya pasti akan di gulingkan rakyat dan kaum oligarkinya. Indonesia pernah mengalaminya juga saat krisis moneter 98.

 

Jadi sekarang ini sebenarnya putin jauh lebih takut dia digulingkan rakyat dan kaum oligarkinya sendiri ketimbang di serang UniEropa atau kalah dengan Ukraina.

 

 

Faktor Lain Serangan Rusia Ke Ukraina Adalah Untuk Mengusai Jalur Maritim

 


Sebenarnya invasi Rusia ke Ukraina bukan dimulai pada tahun 2022 ini tapi udah di mulai sejak tahun 2014 lalu saat Rusia nekad mancaplok semenanjung Krimea yg sebenarnya masih termasuk teritorialnya Ukraina.

 

Krimea sendiri di caplok Rusia pada tahun 2014 setelah presiden bonekanya di Ukraina yg bernama “Viktor Yanukovych” digulingkan rakyat Ukraina pada tahun 2013 lalu.

 

 


Krimea sendiri pada awalnya adalah wilayah kekalifahan Ottoman yg berhasil di rampas kerajaan Rusia saat memenangkan perang Rusia-Turki (1774), daerah ini nantinya di serahkan Tsar Nicholas 2 ke penduduk Ukraina untuk di kelola. Nantinya saat perang dunia ke 2 daerah Krimea ini di bersihkan oleh Uni Soviet dengan cara membantai dan memaksa penduduk asli Krimea yg merupakan bangsa Tartar muslim untuk keluar dari daerah ini. Peristiwa pembantaian dan pengusiran paksa penduduk Tartar muslim ini nantinya di sebut sebagai genosida Crimean Oblast. Setelah pengusiran ini Uni Soviet memasukan banyak orang Rusia untuk menguasai wilayah ini.

 

Saat pemerintahan Nikita Kruschev, pemerintah Soviet memberikan Krimea kepada Ukraina sekali lagi (yg saat itu masih merupakan anggota Uni Soviet) dengan memberikan status daerah otonomi khusus untuk wilayah ini. Hal ini dilakukan karena saat itu pemerintah Soviet keteteran mengelola wilayah Uni Soviet yg sangat luas yg membentang dari Siberia sampai Eropa timur (atau istilahnya Imperial overstretch), selain itu di jaman itu gak terfikirkan Uni Soviet bakalan bubar. Tapi akhirnya sejarah berkata lain Uni Soviet bubar dan negara2 bekas Uni Soviet masing2nya memerdekakan dirinya sendiri2, termasuk Ukraina yg wilayahnya meliputi semenajung Krimea ini, peristiwa ini terjadi tahun 1991 an dulu.

 


 

Nantinya gara2 kemerdekaan Ukraina ini federasi negara Rusia yg merupakan peninggalan Uni Soviet menjadi pusing, karena walaupun wilayah Rusia sangat luas tapi gak ada satupun pelabuhannya yg bisa beroperasi penuh selama setahun. Hal ini terjadi karena pelabuhan2 besar Rusia seperti Vladivostok, Murmansk, St. Petersburg, dan Novorossiysk selama 8 bukan tidak bisa digunakan karena membeku, pelabuhan2 ini cuman bisa efektif digunakan selama 4 bulan yaitu saat musim panas. Hal ini wajar karena klo kita lihat peta negara Rusia itu dekat dengan kutub Utara yg iklim daerahnya cenderung dingin dan membeku. Satu2nya pelabuhan yg gak membeku berada di semenanjung Krimea (terutama pelabuhan Sevastopol).

 

Itu sebabnya semanjung Krimea dan Ukraina sangat penting bagi Rusia agar memiliki akses ke perairan global sepanjang tahun sekaligus memberikan akses Angkatan Lautnya agar bisa di gunakan setiap saat tidak lagi terkendala iklim dingin.

 

Tapi sayangnya setelah penggulingan presiden bonekanya di tahun 2013 lalu, Rusia khwatir klo kebijakan Ukraina tidak lagi menguntungkan mereka. Itu sebabnya di tahun 2014 Rusia nekad mencaplok semenajung Krimea untuk mengamankan kepentingan mairitimnya. Tapi sayangnya hal ini justru semakin membuat Ukraina semakin merapat ke NATO karena takut diserang Rusia, akhirnya tahun 2022 ini Rusia beneran menyerang Ukraina sebelum mereka sah menjadi anggota NATO. Karena klo sampai Ukraina menjadi anggota NATO hal ini akan merugikan Rusia karena Ukraina bisa kembali menclaim semenajung Krimea, dan akses Rusia ke pelabuhan Sevastopol kembali tertutup karena Rusia harus masuk wilayah Ukraina yg dilindungi NATO bila mau menggunakan Krimea. Ini membuat pencaplokan Krimea gak ada gunanya lagi klo gak mencaplok Ukraina sekalian.

 

Tapi walaupun berhasil mengusai Krimea dan Ukraina, Rusia masih tetap akan pusing karena akses lautnya masih harus melewati gerbang di selat Bosphorus di Turki dan selat Gilbartar di Spanyol yg merupakan negara2 anggota NATO. Kecuali Putin cukup gendeng dengan menyerang Turki, Spanyol, dan negara2 Skandinavia demi menguasai akses maritim secara keseluruhan.

 

 

 

Migas Selain Bahan-bakar Mobil Dan Motor Juga Bahan-bakar Konflik Global.

 


Tahukah kalian klo kita perhatikan peta negara2 yg dilanda perang terus menerus seperti Suriah, Yaman, sampai Ukraina itu kalian akan menyadari polanya yaitu negara2 itu adalah daerah vital dalam export migas dunia, seperti :

 

 


 

1.  Yaman di serang Saudi Arabia, karena negara ini berhasil di kuasai oleh pemberontak Syiah Houti yg tidak bersahabat dengan Saudi.

 

Klo sampai “selat Bab Al-Mandeb” di tutup Yaman maka export migas Saudi ke kawasan Asia dan Afrika yg melalui jalur laut (kapal tangker) akan tertutup dan harus memutar melalui Afrika utara Via terusan Suez, bayangkan berapa lama waktu dan biaya yg harus dihabiskan klo sampai kapal2 tangker minyak Saudi harus muterin Afrika dulu untuk sampai ke Asia. Saudi bisa saja melalui jalur timur yaitu melalui “selat Hormuz” tapi sayangnya selat ini sudah sangat padat dipakai oleh negara2 arab lainnya (seperti Uni emirate arab, Iraq, Qatar, Iran) untuk export migas via jalur laur, belum lagi selat Hormuz sebagian di kuasai Iran yg merupakan musuh bebuyutan Saudi.

 

Jadi serangan Saudi ke Yaman adalah sebuah keniscayaan, agar export migasnya via jalur laut gak ketutup walaupun harus menghancurkan sesama negara muslim.

 

 


 

2.  Suriah juga jalur vital migas karena pertemuan jalur migas kelompok bulan sabit Syiah (koalisi negara2 Syiah seperti : Iran, Iraq, dan Suriah) dan jalur migas liga Arab (koalisi negara2 Suni seperti : Saudi, UEA, Qatar, Bahrain, dan Kuwait) menuju Eropa.

 

Itu sebabnya negara2 liga arab berusaha mendongkel rezim Al-Assad yg mengusai Suriah, karena rezim ini lebih condong ke negara bulan sabit Syiah, walaupun penduduk Suriah Mayoritas islam Suni bukan Syiah. Di sisi lain kelompok bulan sabit Syiah yg dimotori oleh Iran berusaha semaksimal mungkin agar rezim bonekanya di Suriah ini tetap bercokol. Makanya klo kita lihat perang di Suriah itu kubu yg dominan adalah kubu pemberontak Suni yg di sponsori Saudi dan Qatar melawan kubu rezim Syiah yg di seponsori Iran.
Jadi peperangan memperebutkan dominasi politik di Suriah adalah sebuah keniscayaan, agar export migas ke eropa bisa di kuasai salah satu kelompok, baik Bulan Sabit Syiah maupun Liga Arab.

 

 


 

3.  Dan yg terakhir adalah konflik Ukraina baru2 ini, karena Ukraina merupakan negara kunci untuk export / import migas Rusia dan negara2 Asia tengah dan timur (Kazakhstan, Uzbekistan, Mongolia, dan Cina) ke Eropa. Selain itu Ukraina juga termasuk negara yg memiliki cadangan gas alam terbesar di Eropa.

 

Itu sebabnya Rusia berusaha keras menjaga Ukraina ini agar selalu berada dalam kontrolnya. Tapi sayangnya sejak beberapa tahun lalu terutama saat kejadian revolusi 2014 yg mengakibatkan banyak orang Ukraina terbunuh karena di bantai pemberontak dan tentara bayaran pro Rusia, rakyat Ukraina sebagian besar ingin melepaskan pengaruh Rusia dan bergabung ke Uni Eropa.

 

Jadi memang sebuah keniscayaan cepat atau lambat Rusia pasti akan menyerang dan mencaplok Ukraina dengan cara kekerasan. Karena klo sampai negara ini bergabung dengan Uni Eropa maka Rusia akan kehilangan kontrol export migasnya dan membuat moscow ketar-ketir karena Ukraina bisa di jadikan pangkalan baru NATO yg dilengkapi dengan rudal jelajah nuklir ICBM yg jaraknya sangat dekat dengan ibukota Rusia di Moscow.